Pages

Monday, November 7, 2016

Bermitra dengan DAHANA Meciptakan Batik Lokal Khas Subang



Wawaan Suwarno – Galeri Arves Batik

Saat dikunjungi Ibu Menhan Poernomo Yusgiantoro pada 2011
Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Begitulah peribahasa yang bisa menggambarkan apa yang dialami oleh seorang pembuat batik asal Cibogo, Kabupaten Subang.

Ia adalah Wawan Suwarno. Pria berdarah Madura ini sejak tahun 1990-an sudah membidangi dunia pelatihan. Hingga pada akhirnya, di tahun 2008 ia tergerak ingin membantu meningkatkan perekonomian masyarakat daerah Cibogo melalui batik.

 Kepiawaian Wawan dalam membatik, tidak lepas dari latarbelakang keluarganya yang merupakan pembuat batik di daerah Madura. Kemudian Wawan tularkan kepada sekelompok warga asal Cibogo, dengan harapan kelak akan terbangun sentra batik di Cibogo.

“Diawal-awal Pemda Subang sangat mendukung, bahkan dulu Camat Cibogo sudah punya harapan, Cibogo ingin menjadi sentra batik Subang,” ungkap Wawan kepada Dfile.

Akhirnya, Wawan pun disarankan oleh Pemda Subang untuk bermitra dengan PT DAHANA (Persero) dalam menggelar pelatihan membatik pada masyarakat di wilayah Cibogo.  “Alhamdulillah saat itu PT DAHANA mau membatu kami mendanai pelatihan membatik untuk warga Cibogo,” terangnya.

Dengan gagasannya dalam menciptakan batik asli Subang, Wawan mengaku dirinya adalah salah seorang perintis batik tulis dan cap di Subang. Karena saat itu di Kabupaten Subang belum ada sentra batik yang dibuat langsung oleh masyarakat.

“Di Subang belum ada sentra batik asli Subang. Walaupun sekarang ada batik Subang, itu baru sebatas motif saja, dalam prosesnya ternyata dibuatnya di luar Subang, seperti Cirebon atau ke Bandung,” ujar Wawan.

Dalam perjalanannya, ternyata apa yang diharapkan oleh Wawan dan Camat Cibogo kala itu, belum bisa dikatakan berhasil. Warga yang awalnya telah dilatih membatik memilih berganti profesi menjadi buruh pabrik, karena membatik dianggap belum mampu meningkatkan perekonomiannya.

“Saya akui saat itu batik yang kita buat belum banyak yang melirik. Harapannya dulu, yang harus mengawali menggiatkan penggunaan batik lokal ini adalah pemda, namun ternyata belum bisa sampai tahap ini,” sesal Wawan.

Meski belum berhasil menggiatkan warga Cibogo untuk membangun sentra batik lokal. Kini Wawan memilih bergerak sendiri dalam pembuatan batik. Ia akhirnya mendirikan galeri yang bernana Arves Batik.

“Sekarang saya membuat galeri sendiri, tetap membuat batik, batik lokal khas Subang,” kata Wawan.

Sampai saat ini, Wawan sudah membuat batik khas Subang dengan berbagai motif. Semua motifnya ini terinspirasi oleh potensi yang dimiiliki kabupaten Subang, seperti motif nanas, sisingaan, kupu-kupu, sisik nanas, daun teh, daun nanas serta mahkota nanas. 

Wawan mengaku, dalam memproduksi batik, kini ia lebih banyak membuat batik cap dibanding batik tulis. Hal ini dikarenakan,  orang yang membeli batiknya lebih banyak tertarik dengan batik cap daripada batik tulis.

“Membuat batik tulis itu lumayan cukup lama, apa lagi jika orang yang membuatnya sedikit. Orang lebih memilih batik cap, karena lebih cepat dalam pembuatannya,” terang Wawan.
Menurutnya, membatik cap yang saat dilakoninya tidak lepas dari peranan dan dukungan PT DAHANA (Persero). Melalui program kemitraan PKBL DAHANA, Wawan akhirnya bisa terus melanjutkan usaha galeri batiknya.

“Alhamdulillah, dulu masih didukung oleh DAHANA dalam pembuatan cap batik. Sampai saat ini saya masih bermitra dengan DAHANA,” ujarnya.

Untuk mengembangkan usaha, batik yang dibuatnya ia pasarkan melalui online dan hadir mengikuti acara pameran. Hal ini dipandang cukup berpotensi mendorong usahanya. Tidak sedikit lembaga, instansi atau pejabat yang memasan batik buatannya.

“Rata-rata yang pesan batik, biasanya untuk oleh-oleh  tamu yang mau berkunjung ke instansi atau pejabat. Ada juga yang pesan untuk dijadikan pakaian seragam” katanya.

Wawan pun menggambarkan fenomena batik yang saat ini ada. Menurutnya, kebanyakan orang jika memakai baju bercorak atau motif batik sudah dianggapnya memakai baju batik. Padahal  yang disebut batik menurut wawan adalah selain motif harus juga dilihat prosesnya seperti ditulis atau di cap, dan ada proses ‘pemalaman’ dan ‘pelorotan’.

“Kebanyakan, baju batik dipasaran itu baju biasa, hanya motifnya saja seperti batik, karena pembuatannya diprinting. Kalau batik itu ada pemalaman dan juga pelorotan,” terang Wawan.
Tertarik dengan batik lokal khas Subang? Anda bisa berkunjung langsung ke galeri Arves Batik, yang berlamat di BTN Griya Cinangsi Asri Blok B No. 256-258 Cibogo Subang, atau bisa menghibunginya langsung via telpon di 085222272099. (SYA)

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888