Wawaan Suwarno – Galeri Arves Batik
Saat dikunjungi Ibu Menhan Poernomo Yusgiantoro pada 2011 |
Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan
tak sampai. Begitulah peribahasa yang bisa menggambarkan apa yang dialami oleh
seorang pembuat batik asal Cibogo, Kabupaten Subang.
Ia adalah Wawan Suwarno. Pria berdarah Madura
ini sejak tahun 1990-an sudah membidangi dunia pelatihan. Hingga pada akhirnya,
di tahun 2008 ia tergerak ingin membantu meningkatkan perekonomian masyarakat daerah Cibogo melalui batik.
Kepiawaian Wawan dalam membatik, tidak
lepas dari latarbelakang keluarganya yang merupakan pembuat batik di daerah Madura.
Kemudian Wawan tularkan kepada sekelompok warga asal Cibogo, dengan harapan
kelak akan terbangun sentra
batik di Cibogo.
“Diawal-awal Pemda Subang sangat mendukung, bahkan dulu Camat Cibogo sudah
punya harapan, Cibogo ingin menjadi sentra
batik Subang,” ungkap Wawan kepada Dfile.
Akhirnya, Wawan pun disarankan oleh Pemda
Subang untuk bermitra dengan PT DAHANA (Persero) dalam menggelar pelatihan membatik
pada masyarakat di wilayah Cibogo. “Alhamdulillah saat itu PT
DAHANA mau membatu kami mendanai pelatihan membatik untuk warga Cibogo,” terangnya.
Dengan gagasannya dalam menciptakan batik
asli Subang, Wawan mengaku dirinya adalah salah seorang perintis batik tulis
dan cap di Subang. Karena saat itu di Kabupaten Subang belum ada sentra batik yang dibuat langsung oleh
masyarakat.
“Di Subang belum ada sentra batik asli Subang. Walaupun
sekarang ada batik Subang, itu
baru sebatas motif saja, dalam prosesnya ternyata dibuatnya di luar Subang,
seperti Cirebon atau ke Bandung,” ujar Wawan.
Dalam perjalanannya, ternyata apa yang
diharapkan oleh Wawan dan
Camat Cibogo kala itu, belum bisa dikatakan berhasil. Warga yang awalnya telah
dilatih membatik memilih berganti profesi menjadi buruh pabrik, karena membatik
dianggap belum mampu meningkatkan perekonomiannya.
“Saya akui saat itu batik yang kita buat
belum banyak yang melirik. Harapannya dulu, yang harus mengawali menggiatkan
penggunaan batik lokal ini adalah pemda, namun ternyata belum bisa sampai tahap
ini,” sesal Wawan.
Meski belum berhasil menggiatkan warga
Cibogo untuk membangun sentra
batik lokal. Kini Wawan memilih bergerak sendiri dalam pembuatan batik. Ia
akhirnya mendirikan galeri yang bernana Arves Batik.
“Sekarang saya membuat galeri sendiri,
tetap membuat batik, batik lokal khas Subang,” kata Wawan.
Sampai saat ini, Wawan sudah membuat batik
khas Subang dengan berbagai motif. Semua motifnya ini terinspirasi oleh potensi
yang dimiiliki kabupaten Subang, seperti motif nanas, sisingaan, kupu-kupu,
sisik nanas, daun teh, daun nanas serta mahkota nanas.
Wawan mengaku, dalam memproduksi batik, kini
ia lebih banyak membuat batik cap dibanding batik tulis. Hal ini dikarenakan, orang yang membeli batiknya lebih banyak
tertarik dengan batik cap daripada batik tulis.
“Membuat batik tulis itu lumayan cukup
lama, apa lagi jika orang yang membuatnya sedikit. Orang lebih memilih batik
cap, karena lebih cepat dalam pembuatannya,” terang Wawan.
Menurutnya, membatik cap yang saat
dilakoninya tidak lepas dari peranan dan dukungan PT DAHANA (Persero). Melalui
program kemitraan PKBL DAHANA, Wawan akhirnya bisa terus melanjutkan usaha
galeri batiknya.
“Alhamdulillah, dulu masih didukung oleh DAHANA dalam pembuatan cap
batik. Sampai saat ini saya masih bermitra dengan DAHANA,” ujarnya.
Untuk mengembangkan usaha, batik yang dibuatnya ia pasarkan
melalui online dan hadir mengikuti acara pameran. Hal ini dipandang cukup
berpotensi mendorong usahanya. Tidak sedikit lembaga, instansi atau pejabat
yang memasan batik buatannya.
“Rata-rata yang pesan batik, biasanya untuk
oleh-oleh tamu yang mau berkunjung ke instansi
atau pejabat. Ada juga yang pesan untuk dijadikan pakaian seragam” katanya.
Wawan pun menggambarkan fenomena batik yang
saat ini ada. Menurutnya, kebanyakan orang jika memakai baju bercorak atau
motif batik sudah dianggapnya memakai baju batik. Padahal yang disebut batik menurut wawan adalah
selain motif harus juga dilihat prosesnya seperti ditulis atau di cap, dan ada
proses ‘pemalaman’ dan ‘pelorotan’.
“Kebanyakan, baju batik dipasaran itu baju
biasa, hanya motifnya saja seperti batik, karena pembuatannya diprinting. Kalau batik itu ada pemalaman dan
juga pelorotan,” terang Wawan.
Tertarik dengan batik lokal khas Subang?
Anda bisa berkunjung langsung ke galeri Arves Batik, yang berlamat di BTN Griya
Cinangsi Asri Blok B No. 256-258 Cibogo Subang, atau bisa menghibunginya
langsung via telpon di 085222272099. (SYA)
No comments:
Post a Comment