Oleh: Ahmad Fachrudin, Manager Persediaan dan Gudang
“ Beritahu saya dan saya akan lupa, tunjukkan kepada
saya dan saya mungkin akan ingat; libatkan saya maka saya akan mengerti”.
Ada peristiwa di peringatan HUT PT DAHANA ke-48 yang
baru saja berlalu, tepatnya 22 Oktober pada saat Lomba Yel-yel. Waktu itu, Bagian Logistik mengucapkan
semboyan siap salah. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa logistik selalu
mengedepankan semboyan siap salah apabila ada masalah. Atau mungkin sudah
dianggap biasa karena kami yang di logistik selalu buat salah yang bikin Divisi
susahJ. Menurut saya pribadi semboyan siap salah mengandung tiga
arti, yaitu :
1.
Logistik bekerja
sehingga selalu ada kemungkinan kami sebagai manusia biasa berbuat salah namun
kami berusaha keras agar itu jangan jadi kebiasaan. Sebagai bagian dari primary activity mendukung tercapainya tujuan perusahaan dalam hal
ini penjualan, kami menempatkan diri sebagai pelayan para stakeholder dalam hal
ini divisi, angkutan/forwarder, kepolisian setempat dan lain-lain. Namun perlu
diingat bahwa kepuasan pelanggan bukanlah segalanya menurut marketing 3.0.
Konsumen/stakeholder bukanlah lagi raja, namun sebagai partner yang terhubung
secara emosi dan menciptakan value
bagi kedua belah pihak sehingga dapat maju bersama.
2.
Defect/error is treasure (kesalahan/produk gagal itu merupakan harta karun).
Konsep ini dipakai oleh Total Quality
Management bahwa kesalahan itu merupakan kesempatan untuk mencari akar
masalah supaya dapat diperbaiki ke depannya. Namun supaya harta karun itu
ditemukan untuk memperkaya pengalaman dan perbaikan proses diperlukan
elemen-elemen sebagai berikut : top-down
commitment (management integrity) dan bottom
up ideas (tingkah laku karyawan yang kooperatif) dan keharusan komunikasi dua arah. Apabila kesalahan itu dipendam dan
tidak dikomunikasikan antara atasan dengan bawahan, antara divisi dengan
korporasi, antara manajemen dengan karyawan untuk dicari perbaikannya maka kita
tak akan pernah menemukan harta karun tersebut dan kesalahan berpotensi
terulang kembali yang bisa berakibat buruk bagi organisasi. Kata kuncinya
adalah pemberdayaan karyawan, hal ini sejalan dengan pepatah China yang
berbunyi : “ Beritahu saya dan saya akan lupa, tunjukkan kepada saya dan saya
mungkin akan ingat; libatkan saya maka saya akan mengerti”.
3.
Kaizen atau continuous improvement menurut Wikipedia
bersifat perbaikan kecil yang berlangsung oleh upaya berkesinambungan. Meski
hal ini secara teori diperkenalkan oleh bangsa Jepang dalam hal ini Toyota yang
menjadi kiblat dari Operating Efficiency, ternyata aplikasinya sejalan dengan
hadits Nabi Muhammad SAW yang intinya menekankan bahwa apabila hari ini sama dengan hari
kemarin maka ia sungguh merugi dan apabila hari ini lebih baik dari hari
kemarin maka ia baru disebut beruntung. Untuk itu kita dituntut untuk
terus memperbaiki diri baik dalam bekerja maupun hal lainnya supaya tidak
menjadi orang merugi.
Kami mengapresiasi hasil blusukan
DirTekBang dan Dirut ke gudang-gudang Subang beberapa bulan yang lalu. Kebetulan
Ditemukan bahwa proses bongkar muat Dayagel meski sudah menggunakan forklift namun
penyusunannya ternyata masih manual. Beliau menyarankan agar penyusunan per
palet Dayagel magnum 1 ton. Apa yang
kami anggap sudah biasa dan kami anggap merupakan cara yang terbaik ternyata
masih ada potensi perbaikan. Walhasil proses bongkar muat saat ini lebih cepat
dan tidak membutuhkan banyak tenaga sehingga menciptakan value baik konsumen,
pelaksana angkutan bahkan karyawan gudang sendiri.
Sebagai penutup, saya secara pribadi bersyukur ditempatkan di
gudang, bukan karena tempatnya “basah” karena kami tidak menerima tip (apabila
ada yang menerima, mohon dilaporkan ke SM Sislog kami yang baru yaitu Pak Doddy)
namun karena saya bisa mengembangkan diri saya bersama teman-teman. Di benak saya
sebelum di gudang terpatri persepsi orang Subang seperti apa. Namun seiring
berjalannya waktu, dengan niat baik dan respect
to the people, kami bisa tumbuh bersama melayani PT DAHANA (Persero).
No comments:
Post a Comment