Pages

Tuesday, August 4, 2015

Jurus Transformasi DAHANA



Menarik waktu kembali pada tahun 1994, saat PT DAHANA (Persero) tak lagi mendapatkan hak monopoli penjualan bahan peledak (handak) di Indonesia. Beberapa kalangan memprediksi, DAHANA bakal menjadi BUMN sakit setelah keistimewaan ini dipreteli pemerintah. Kondisi ini pula yang juga dialami sejumlah perusahaan plat merah lain.


Tak lagi menjadi ‘agen pemegang merk’ tunggal bahan peledak di dalam negeri, dan harus dipaksa bersaing dengan korporasi asing yang sudah mapan dengan teknologi dan jam terbang tinggi di pasar global, tentu jadi sebuah kondisi sulit bagi DAHANA selama periode adaptasi tersebut.

Sebelumnya, dengan hak monopoli, tidur tanpa keringat pun pundi-pundi pendapatan akan terus mengalir ke perusahaan. Bagaimana tidak, hampir semua kebutuhan bahan peledak dalam negeri, khususnya untuk kebutuhan industri pertambangan, hanya dipasok dari DAHANA. Tak lagi jadi pemain tunggal dalam penjualan bahan peledak, membuat penjualan DAHANA merosot. 

Jika saja saat itu perusahaan tak memiliki kepemimipinan yang kuat, mungkin saja saat ini DAHANA masuk sebagai salah satu BUMN yang terus sekarat. Hidup segan, mati pun tak mau, yang mengharapkan kebaikan pemerintah lewat suntikan modal negara, atau hanya mengandalkan pemasukan dari pendapatan di luar core bisnis perusahaan dari sisa asetnya. 

Sementara, beberapa perusahaan milik negara lain masih bisa bertahan dengan mendapatkan proyek-proyek mercusuar pemerintah seperti halnya yang terjadi pada BUMN konstruksi, alutsista, dan farmasi. Perusahaan lain bertahan dengan bisnis pelayan publik lewat subsidi. Namun, hal itu tak terjadi pada DAHANA, perusahaan bahan peledak ini dipaksa bermain dengan caranya sendiri, tanpa tangan pemerintah, dan bersaing langsung dengan korporasi asing.

Lewat kepemimpinan dan tata kelola perusahaan yang profesional, kondisi sulit tersebut malah membuat perusahaan semakin sehat dan berkontribusi besar pada ekonomi nasional. Dihadapkan pada kompetitor asing tak membuat perusahaan surut semangat. Sebaliknya, DAHANA malah menjadikan pesaing sebagai mitra dan menimba ilmu dalam teknologi bahan peledak.

Kini, DAHANA menjadi bagian dari tren BUMN yang berhasil bangkit di bawah kepemimpinan yang profesional. Bicara dunia bisnis, tentu bicara dunia yang sangat dinamis di tengah pasar yang kompetitif. Dan semua perubahan di atas tak lepas dari peran pemimpin perusahaan. Kepemimpinan yang bisa mengarahkan sumber daya manusia DAHANA pada satu tujuan bisnis. 

Investasi terbaik adalah investasi manusia. Kunci dari seluruh keberhasilan DAHANA adalah kesiapan nahkoda perusahaan membentuk karakter sumber daya manusia agar searah dengan visinya. Dalam dunia bisnis, perubahan tak bisa dihindari dan selalu tak terduga. Perubahan yang terduga tak hanya dari eksternal perusahaan, namun juga kondisi internal perusahaan. 

Dulu setiap pelaku bisnis bisa menggunakan dolar dalam semua transasksinya, kini pemerintah mewajibkan rupiah untuk semua transaksi di dalam negeri. Seperti halnya perubahan besar dengan hilangnya hak monopoli, banyak perubahan dalam lingkungan bisnis pertambangan yang sangat dinamis. 

Dari harga komoditas yang fluktuatif, larangan ekspor bahan mentah hasil tambang, konten lokal, regulasi-regulasi yang tak terduga yang harus disikapi perusahaan sebagai objek dari peraturan tersebut. 

Adaptasi pada semua perubahan tersebut hanya bisa dilakukan dengan menyiapkan semua individu di dalam organisasi, dari pucuk pimpinan hingga level terbawah perusahaan. Seperti halnya sifat yang dimiliki seorang olahragawan, pemimpin perusahaan atau unit organisasi bisnis di bawahnya harus menyikapi perubahan dengan terus belajar dan menyesuaikan dengan kondisi, dampak resiko, serta selalu meneropong apa yang dilakukan pesaing bisnis. 

Seorang olahragawan tak pernah kaget menghadapi musuhnya, dan selalu menyiapkan diri dengan baik. Lantas, bagaimana mempersiapakan individu yang siap dengan segala perubahan. Pemimpin harus menciptakan kondisi lingkungan tekanan kerja yang membuat bawahannya bisa memecahkan solusi atas masalah tersebut. Tak cukup hanya itu, seorang pemimpin juga membuat bawahannya selalu tak puas atau cukup dengan apa yang sudah dicapainya. 

Rasa puas atas kinerja seseeorang kerap membuat orang merasa hal tersebut sudah maksimal. Sebagian orang memilih tak mengambil tantangan ketika dirinya sudah berada pada pencapaian yang dianggap sudah maksimal, dan tak perlu mengambil resiko yang bisa saja membuat apa yang sekarang sudah dicapai terlepas. 

Selalu merasa tak puas atas kinerja dan konsisten melihat jauh ke depan bahwa bisnis selalu berubah dengan cepat adalah kondisi yang harus selalu diciptakan di lingkungan kerja. Apalagi, di perusahaan yang bergerak di jasa sektor pertambangan dengan pengaruh eksternal yang lebih besar ketimbang bisnis lainnya, dan tentunya selalu tak terduga. 

Kita tak boleh terpaku pada pencapaian setahun dua tahun. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis, visi atas pekerjaan harus dibangun untuk segala kemungkinan paling tidak 5 tahun ke depan yang tak terduga. Bahkan, rencana bisnis harus disusun agar tidak kadaluarsa hingga 15 tahun ke depan.  

Be ultimately responsible for improving performnace. Kita punya tanggaung jawab untuk meningkatkan kinerja. Dan We never blame circumstance, karena kita yang harus menyesuaikan dengan ritme lingkungan bisnis, bukan sebaliknya, mengkambing hitamkan perubahan lingkungan atas kegegalan operasi bisnis. Semua hal tersebut terjadi di luar kontrol kita dan disikapi dengan perbaikan diri. Kesimpulan dari semua itu adalah we never blame environment.

Kunci lainnya, bagaimana kita mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik dari sebelumnya. Bekerja untuk makan, atau makan untuk bekerja, pilihan pertama jika hanya terpaku pada penyelesaian pekerjaan yang sifatnya rutinitas tanpa membuat diri berkembang, bekerja hanya untuk orientasi kebutuhan perut. Atau pilihan kedua, makan hanya salah satu cara agar kita bekerja dengan baik. 

Kita harus selalu mawas diri agar kita selalu mengelola pekerjaan dengan lebih baik. Mengapa pekerjaan tak bisa diselaikan dengan tepat waktu, pasti ada yang salah dengan keadaan tersebut, sehingga membuatnya terlambat. Jangankan bicara perubahan, kalau pekerjaan yang sudah ada saja masih belum jadi prioritas.   

Mengembangkan diri tak hanya soal aktivitas pekerjaan, Jangan lupakan pula seni komunikasi bisnis. Cara berkomunikasi dalam dunia bisnis tak bisa disamakan dengan gaya pergaulan. Gaya kita berkomunikasi juga mewakili lingkungan kerja kita saat menghadapi pihak luar perusahaan. Karena kita mewakili perusahaan, bukan mewakili diri kita sendiri. 

Komunikasi yang efektif juga jadi gambaran hubungan kerja yang tak kaku dalam lingkungan internal perusahaan. Bawahan yang profesional tidak akan segan mengutarakan pendapatnya pada atasan dengan gaya komunikasi yang lugas, langsung pada sasaran.  

Organisasi perusahan yang maju diibaratkan seperti sebuah mesin otomatis. Mesin otomatis tak pernah menunda pekerjaan. Melakukan apa yang sudah diprogram dalam otak mesin tersebut. Apalagi, dengan nanti setelah semakin lebarnya persaingan lewat keterbukaan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). 

Otomatisasi artinya pula kesiapan perusahaan ketika terjadi perubahan pada internal perusahaan. Tugas dari line manager mempersiapkan penerus atau pemain cadangan saat salah seorang anggota organisasi harus diganti. Kuncinya, buat sebuah pola dimana satu pekerjaan bisa dilakukan oleh orang lain dalam satu line kerja, dan dalam jangka panjang, mempersiapkan pola penggantian untuk karyawan yang bisa saja pensiun. (Susilo Hertanto, Direktur Keuangan & SDM PT DAHANA)

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888