Oleh: Aditya Prima Dewayana, Manager Hubungan Pelanggan Divisi Minyak
& Gas
1 Agustus 2015
besok, Insyaallah genap 10 tahun saya bergabung
dengan Dahana. Rasanya baru beberapa hari yang lalu Pak
Asep Maskandar (saat itu menjabat GM Divisi Migas) bertanya kepada saya “Apa
alasan kamu melamar di Dahana?” dan
dengan mantap saya menjawab “Yang pertama saya ingin mencari uang dan yang
kedua saya ingin naik pesawat”.
Entah mengapa
hal sesederhana itu yang muncul dari mulut saya saat itu,
dan ternyata ungkapan bahwa “Ucapan adalah Doa” benar adanya. Tidak sampai satu
bulan bekerja, Saya langsung ditugaskan ke Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah dan
setelahnya banyak tugas – tugas yang mengharuskan saya dinas ke seluruh wilayah
Indonesia. Itulah
masa – masa indah perkenalan Saya dengan Dahana yang hingga saat ini masih
lekat dalam ingatan saya.
Hingga saat ini
banyak pertanyaan yang muncul, baik dari diri saya sendiri maupun dari orang
lain semisal “Apakah puas Divisi Migas hanya melakukan jual beli bahan peledak
saja?”, “Apakah tidak ada keinginan dari Divisi Migas untuk masuk lebih dalam
lagi memberikan service pada industri Migas?”, “Apakah mungkin Divisi Migas
pendapatannya bisa mencapai Rp. 300 Milyar?”, dan masih banyak lagi. Sebagai
lulusan Teknik Perminyakan, pertanyaan – pertanyaan tersebut merupakan challange tersendiri dan menjadi dasar
pembentuk mimpi – mimpi saya mengenai perkembangan Dahana khususnya di industri
Migas.
Untuk saat ini
pendapatan Divisi Migas terbesar disumbangkan oleh penjualan handak seismic,
padahal seismic merupakan program tidak rutin dari perusahaan – perusahaan
minyak (biasanya hanya dilakukan saat explorasi lapangan baru atau saat
pengembangan lapangan melalui survei seismic 3D). Hal ini berakibat pada tidak
adanya kepastian pendapatan, karena kita sangat bergantung pada ada tidaknya
program seismic dari suatu perusahaan minyak pada tahun berjalan. Hal ini juga
masih ada resiko kegagalan karena hambatan masalah kehumasan yang saat ini
semakin sering terjadi.
Disisi lain,
para kompetitor mulai berlomba – lomba untuk masuk dan melakukan penetrasi pada
pasar Dahana. Produsen dari luar negeri mulai masuk ke pasar Indonesia,
sedangkan perusahaan – perusahaan yang selama ini menjadi kontraktor Dahana
mulai naik kelas untuk menjadi kompetitor Dahana dalam tender – tender di
Perusahaan Minyak (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/KKKS). Melihat kondisi di
atas, sebagai generasi muda Dahana, saya memiliki keinginan juga untuk membawa
Dahana naik kelas, dari yang semula berjualan bahan peledak berkembang masuk
lebih dalam lagi pada industri Migas seperti menyediakan jasa perforasi atau
oil well drilling.
Apakah
Mungkin???????????
Menurut saya,
meskipun hal tersebut bukanlah hal yang mudah akan tetapi sangat mungkin dilakukan
oleh Dahana.
Selama ini
Dahana telah memiliki kemampuan memproduksi shaped charges (bahan peledak untuk
kegiatan perforasi), akan tetapi mengalami kesulitan dalam pemasarannya,
kenapa??? Karena para produsen dari luar negeri menjual bahan peledak perforasi
tersebut selalu dalam satu paket pekerjaan dengan jasa peledakannya dan mereka
tidak mau menggunakan bahan peledak selain produksi mereka sendiri. Dengan
kondisi tersebut, kedepannya Dahana harus mampu untuk menyediakan jasa
perforasi sehingga shaped charges produksi Dahana dapat
diserap oleh pasar secara optimal.
Pertanyaan
kembali muncul, apakah mungkin? Jika mungkin bagaimana caranya????
Kegiatan
perforasi secara teknis ada 2 metode yang umum dilakukan, yaitu dengan TCP
(Tubing Conveyed Perforating) dan Wireline, saya tidak akan membahas dua
teknis tersebut secara detail disini. Yang ingin saya sampaikan metode TCP
relatif tidak membutuhkan investasi yang besar dibandingkan dengan metode
wireline. Sehingga sebagai pijakan awal TCP akan lebih memungkinkan dilakukan
terlebih dahulu dibandingkan wireline. Tantangan yang timbul adalah masalah
kompetensi karena tidak ada training khusus mengenai teknis blasting perforasi,
selama ini masing – masing produsen memiliki training center sendiri – sendiri
untuk membangun kompetensi personelnya. Lantas bagaimana cara membangun
kompetensi personel Dahana? Beberapa ide yang terlintas dalam pikiran saya
adalah:
1.
Merekrut tenaga ahli sebagai operator
dan sekaligus sebagai mentor bagi personel Dahana.
2.
Melalui kerjasama strategis dengan
perusahaan jasa perforasi, dimana Dahana akan memberikan penawaran spesial
terkait explosive management system (pergudangan, fasilitas perijinan, shaped
charges, dll) dengan syarat Personel Dahana diikut sertakan dalam operasional
project nya.
3.
Melakukan
akuisisi perusahaan jasa perforasi yang telah ada.
Sebagai penutup,
saya ingin bercerita ada sebuah toko material, kemudian suatu hari datang
tawaran kepadanya untuk menjadi kontraktor penyedia catering pada suatu
lapangan migas. Dengan perhitungannya yang matang tawaran tersebut diterima,
lama kelamaan usahanya makin berkembang hingga saat ini bisa memiliki 3 blok
lapangan migas sendiri. Kisah tersebut membuktikan bahwa segala hal di dunia
ini mungkin terjadi, termasuk mimpi saya untuk membawa Dahana bisa naik kelas untuk
masuk lebih dalam lagi pada industri migas.
Demikian, sedikit sharing dari saya semoga bermanfaat
untuk kita semua
No comments:
Post a Comment