Pages

Monday, January 26, 2015

Ku Ingin Melihat Dahana Naik Kelas



Oleh: Aditya Prima Dewayana, Manager Hubungan Pelanggan Divisi Minyak & Gas

1 Agustus 2015 besok, Insyaallah genap 10 tahun saya bergabung dengan Dahana. Rasanya baru beberapa hari yang lalu Pak Asep Maskandar (saat itu menjabat GM Divisi Migas) bertanya kepada saya “Apa alasan kamu melamar di Dahana?” dan dengan mantap saya menjawab “Yang pertama saya ingin mencari uang dan yang kedua saya ingin naik pesawat”.

Entah mengapa hal sesederhana itu yang muncul dari mulut saya saat itu, dan ternyata ungkapan bahwa “Ucapan adalah Doa” benar adanya. Tidak sampai satu bulan bekerja, Saya langsung ditugaskan ke Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah dan setelahnya banyak tugas – tugas yang mengharuskan saya dinas ke seluruh wilayah Indonesia.  Itulah masa – masa indah perkenalan Saya dengan Dahana yang hingga saat ini masih lekat dalam ingatan saya.
Hingga saat ini banyak pertanyaan yang muncul, baik dari diri saya sendiri maupun dari orang lain semisal “Apakah puas Divisi Migas hanya melakukan jual beli bahan peledak saja?”, “Apakah tidak ada keinginan dari Divisi Migas untuk masuk lebih dalam lagi memberikan service pada industri Migas?”, “Apakah mungkin Divisi Migas pendapatannya bisa mencapai Rp. 300 Milyar?”, dan masih banyak lagi. Sebagai lulusan Teknik Perminyakan, pertanyaan – pertanyaan tersebut merupakan challange tersendiri dan menjadi dasar pembentuk mimpi – mimpi saya mengenai perkembangan Dahana khususnya di industri Migas.
Untuk saat ini pendapatan Divisi Migas terbesar disumbangkan oleh penjualan handak seismic, padahal seismic merupakan program tidak rutin dari perusahaan – perusahaan minyak (biasanya hanya dilakukan saat explorasi lapangan baru atau saat pengembangan lapangan melalui survei seismic 3D). Hal ini berakibat pada tidak adanya kepastian pendapatan, karena kita sangat bergantung pada ada tidaknya program seismic dari suatu perusahaan minyak pada tahun berjalan. Hal ini juga masih ada resiko kegagalan karena hambatan masalah kehumasan yang saat ini semakin sering terjadi.
Disisi lain, para kompetitor mulai berlomba – lomba untuk masuk dan melakukan penetrasi pada pasar Dahana. Produsen dari luar negeri mulai masuk ke pasar Indonesia, sedangkan perusahaan – perusahaan yang selama ini menjadi kontraktor Dahana mulai naik kelas untuk menjadi kompetitor Dahana dalam tender – tender di Perusahaan Minyak (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/KKKS). Melihat kondisi di atas, sebagai generasi muda Dahana, saya memiliki keinginan juga untuk membawa Dahana naik kelas, dari yang semula berjualan bahan peledak berkembang masuk lebih dalam lagi pada industri Migas seperti menyediakan jasa perforasi atau oil well drilling.
Apakah Mungkin???????????
Menurut saya, meskipun hal tersebut bukanlah hal yang mudah akan tetapi sangat mungkin dilakukan oleh Dahana.
Selama ini Dahana telah memiliki kemampuan memproduksi shaped charges (bahan peledak untuk kegiatan perforasi), akan tetapi mengalami kesulitan dalam pemasarannya, kenapa??? Karena para produsen dari luar negeri menjual bahan peledak perforasi tersebut selalu dalam satu paket pekerjaan dengan jasa peledakannya dan mereka tidak mau menggunakan bahan peledak selain produksi mereka sendiri. Dengan kondisi tersebut, kedepannya Dahana harus mampu untuk menyediakan jasa perforasi sehingga shaped charges produksi Dahana dapat diserap oleh pasar secara optimal.
Pertanyaan kembali muncul, apakah mungkin? Jika mungkin bagaimana caranya????
Kegiatan perforasi secara teknis ada 2 metode yang umum dilakukan, yaitu dengan TCP (Tubing Conveyed Perforating) dan Wireline, saya tidak akan membahas dua teknis tersebut secara detail disini. Yang ingin saya sampaikan metode TCP relatif tidak membutuhkan investasi yang besar dibandingkan dengan metode wireline. Sehingga sebagai pijakan awal TCP akan lebih memungkinkan dilakukan terlebih dahulu dibandingkan wireline. Tantangan yang timbul adalah masalah kompetensi karena tidak ada training khusus mengenai teknis blasting perforasi, selama ini masing – masing produsen memiliki training center sendiri – sendiri untuk membangun kompetensi personelnya. Lantas bagaimana cara membangun kompetensi personel Dahana? Beberapa ide yang terlintas dalam pikiran saya adalah:
1.        Merekrut tenaga ahli sebagai operator dan sekaligus sebagai mentor bagi personel Dahana.
2.        Melalui kerjasama strategis dengan perusahaan jasa perforasi, dimana Dahana akan memberikan penawaran spesial terkait explosive management system (pergudangan, fasilitas perijinan, shaped charges, dll) dengan syarat Personel Dahana diikut sertakan dalam operasional project nya.
3.         Melakukan akuisisi perusahaan jasa perforasi yang telah ada.
Sebagai penutup, saya ingin bercerita ada sebuah toko material, kemudian suatu hari datang tawaran kepadanya untuk menjadi kontraktor penyedia catering pada suatu lapangan migas. Dengan perhitungannya yang matang tawaran tersebut diterima, lama kelamaan usahanya makin berkembang hingga saat ini bisa memiliki 3 blok lapangan migas sendiri. Kisah tersebut membuktikan bahwa segala hal di dunia ini mungkin terjadi, termasuk mimpi saya untuk membawa Dahana bisa naik kelas untuk masuk lebih dalam lagi pada industri migas.
Demikian, sedikit sharing dari saya semoga bermanfaat untuk kita semua

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888