Salah satu perusahaan plat merah
penghasil bahan peledak PT DAHANA (Persero) bekerjasama dengan Yayasan Rumah
Tadarusan menggelar Saresehan/Halaqoh Ketahanan Nasional dan Bela Negara untuk
kalangan Pimpinan dan santri Pondok Pesantren (Ponpes) pada 20 Nopember 2014.
Pimpinan dan santri berasal dari beberapa kota seperti Karawang, Purwakarta,
Subang, Majalengka, Sumedang, Indramayu dan Cirebon.
Dengan berpakaian muslim, peci
dan sarungan khas anak pesantren, ratusan
santri dan Pimpinan Ponpes itu berbondong-bondong mendatangi Kantor
Manajemen Pusat (Kampus) Dahana yang berlokasi di Cibogo, Subang. Mereka terlihat
antusias mengikuti acara halaqoh yang dihelat di ruang Auditorium PT DAHANA
(Persero).
Direktur Utama PT DAHANA
(Persero) F Harry Sampurno didaulat sebagai Keynote
Speaker pada acara Halaqoh ini. “Kita harus bersyukur masih berkesempatan
hidup di negeri Indonesia, dengan segala kekayaan alamnya. Rasa syukur itu kita
buktikan dengan bekerja dan berkarya dengan semangat nasionalisme dalam
membangun Indonesia,” ujar Harry dihadapan peserta Halaqoh.
Acara halaqoh ini di hadiri oleh Wakil
Bupati Subang, Imas Aryumningsih dan menghadirkan narasumber dari Kementerian
Pertahanan RI yaitu Direktur Bela Negara Muhammad Faisal serta Tenaga
Profesional Poldagri Lemhanas RI, Radjab Semendawai dan salah satu Pengurus
Besar NU, Kadar Solihat yang menjabat Kandepag Purwakarta.
Faisal dalam paparannya mengajak
para santri untuk kembali menjadi agen perubahan dan memupuk semangat membela
tanah air sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang memegang erat prinsip bahwa
mencintai tanah air adalah sebagian dari iman.
“Sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar, membela dan mempertahankan NKRI adalah tugas kita semua,
seluruh warga Indonesia. Kyai, pimpinan dan santri pondok pesantren sebagai
agen perubahan dalam mengimplementasikan nilai-nilai bela negara di lingkungan
pondok pesantren dan masyarakat,” papar Direktur Bela Negara.
Menurutnya ada tiga hal yang
harus dibela dari negara ini yaitu, kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa. Dengan menggambarkan beberapa contoh negara-negara yang
dulunya besar dan kuat namun kini menjadi pecah menjadi beberapa negara bagian.
“Negara itu layaknya mahluk
hidup, dia berawal dari tidak ada lalu berkembang dan bisa juga mati. Negara
Indonesia tidak boleh mati, dengan tujuh belas ribu pulaunya perlu kita
pertahankan dalam satu kedaulatan Indonesia. Jangan sampai ada pulau yang
hilang dan lepas lagi," terang Faisal.
Tenaga Profesional Poldagri
Lemhanas RI, Radjab Semendawai dalam paparannya memperlihatkan hasil kajian dan
penelitian tentang perkembangan ketahanan nasional. mulai sejak tahun 2010
sampai 2013 indeks ketahanan setiap provinsi
belum ada yang masuk kategori tangguh dan sangat tangguh. Rata-rata
masih dikategori kurang tangguh dan cukup tangguh.
“Indek ketahanan setiap provinsi
hanya masuk di dua kategori kurang tangguh dan cukup tangguh. Namun perlu kita
syukuri setidaknya indek semakin berkembang, tahun 2012 hanya 27 provinsi yang
masuk kategori cukup tangguh dan 6 provinsi masih kurung tangguh. Di tahun 2013
posisi kurang tangguh berkurang menjadi 4 dan cukup tangguh meningkat menjadi
29 Provinsi," jelas Radjab.
Ketua Yayasan Rumah Tadarusan,
Endin Saufihara selaku penyelenggara Halaqoh Ketahanan Nasional dan Bela Negara
untuk kalangan Pimpinan dan Santri Pondok Pesantren, memaparkan bahwa kegiatan
ini merupakan kerjasama dengan PT DAHANA (Persero) dalam rangka memupuk rasa
nasionalisme kepada masyarkat sekitar khususnya di sekitar Dahana, dimana para
santri merupakan generasi yang nantinya akan bersentuhan langsung dengan
masyarakat yang akan ikut serta mensosialisasikan dan mengimplemtasikan
ketahanan dan bela negara dalam kehidupan sehari-hari.
“Setiap harinya kyai dan santri
selalu mengimplemasikan bela negara dalam kehidupan sehari-hari. Konsep cinta
tanah air sudah menjadi keseharian karena itu merupakan kaul ulama yang selalu
di peganganya, karena mencintai tanah air sebagian dari iman," kata Endin.
(Sya)
No comments:
Post a Comment