_Aset Dalam Diri Anda, yakni Talenta_
Oleh:
Riza Rahman, Manajer Pelaporan Keuangan
Suatu hari,
Dono melihat seorang panglima Dayak sedang berjalan dan berlatih ilmu
meringankan tubuh diatas sungai besar tanpa tenggelam. Panglima ini berlari
kencang, melompat tinggi, salto, dan melakukan beberapa gerakan beladiri di
atas sungai yang mengalir dengan deras. Sesaat setelah itu panglima ini duduk
bersila, bersemedi, dan mengosongkan pikiran tanpa hanyut dan tenggelam oleh
air sungai. Dono yang melihat semua kesaktian itu dari pinggir sungai merasa
heran bercampur kagum. Muncul pertanyaan dalam hati Dono, ternyata seorang
manusia bisa memiliki kesaktian sedahsyat itu.
Melihat
semua kesaktian itu akhirnya Dono coba menyapa panglima ini dari pinggir sungai.
Dengan sedikit gugup diselimuti rasa takut Dono mencoba bertanya apa rahasianya
sehingga panglima Dayak tersebut bisa sesakti itu. Sang panglima sesaat tidak
menggubris pertanyaan Dono. Dono bertanya lagi. Akhirnya sang panglima menjawab
dengan suara pelan tapi menusuk telinga, dia berkata, “Rahasianya adalah
berlatih mengembangkan talenta terus-menerus.”
Dono melongo
mendengar jawaban itu. Yang ada dipikiran Dono adalah kekaguman luar biasa pada
kesaktian sang panglima dan berfikir itu karena titisan alam dan anugrah dari
sono-nya. Tidak terpikirkan olehnya kalau ternyata panglima sakti itu telah
berlatih sekian lama untuk mengembangkan kesaktiannya.
Karena
merasa jawaban si sakti itu tidak memuaskan, Dono bertanya dan bertanya lagi.
Akhirnya panglima Dayak sakti itu menuturkan proses latihan dirinya hingga
mencapai titik ilmu yang sangat tinggi. Dia bilang, perlu latihan yang
konsisten, tidak mudah menyerah, jangan malas. Jika gagal coba lagi sekali.
Itulah rahasia mencapai tingkat kesaktian yang tidak dipunyai orang lain.
Mendengar
cerita itu Dono merasa ada inspirasi baru dan menjadi teguran maha dahsyat bagi
dirinya. Selama ini dia hanya malas-malasan, suka bertindak semaunya, dan tidak
memikirkan apa talenta dalam dirinya. Akhirnya setelah kejadian itu, Dono
memutuskan untuk merubah semua kebiasaan buruknya.
Cerita ini
seakan hendak menyindir kita semua. Bagaimana tidak, terlalu sering kita
menghabiskan waktu dan energi untuk hal-hal yang tidak produktif dan membiarkan
diri kita tenggelam dalam kebodohan sesaat. Mulai dari sekedar tidur
berlama-lama, melamun tanpa manfaat, nonton gosip, dan menghabiskan waktu
berjam-jam di depan televisi, hingga berjalan-jalan tanpa tujuan yang pasti.
Sebagian orang barangkali menyadari kesia-siaan tersebut, namun tampaknya
sebagian besar sama sekali tidak menyadarinya. Istilah kerennya spent of your time. Demikian orang eropa
berucap. Anda setuju atau tidak tetapi kenyataan berbicara demikian. Masyarakat
di negara berkembang terlalu bergerak lambat dan banyak memboroskan waktu.
Mereka tidak merasa bahwa waktu terbuang begitu saja.
Aset paling
berharga demi meraih kesuksesan hidup adalah diri anda. Tuhan telah
menganugerahkan diri kita talenta dan bekal untuk hidup. Selama kita masih
hidup, kita selalu punya peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Saya rasa, Tuhan sangat adil karena semua manusia diberikan tenaga dan pikiran.
Fisik manusia bolehlah cacat, tetapi pikiran mereka sangatlah brilian. Aset itulah yang seharusnya dimaksimalkan.
Masalah
gagal dan sukses hanyalah proses yang harus dilewati. Anda mungkin tidak akan
merasakan sukses saat ini, jika anda cukup sabar dan mau melakukannya sekali
lagi. Percayalah waktunya akan datang. Tidak ada kerja keras yang sia-sia,
tidak ada pengorbanan tanpa hasil. Ketika anda berbuat sesuatu, menabur di ladang
yang subur, anda akan menuai nanti.
Orang lain
mungkin mencemooh anda dan bolehlah mereka menafikan pekerjaan anda, tetapi
selama itu baik dan anda yakin berhasil, lakukan terus jangan mudah menyerah.
Lihatlah visi jangka panjang yang akan anda capai. Sebuah pekerjaan memang
membutuhkan sedikit kesabaran dan kucuran keringat, namun hasilnya sangat luar
biasa. Tuhan memberikan kita aset berharga dalam diri masing-masing orang,
kenapa kita membiarkan itu mati dan terkubur jauh di dalam tanah. Mengapa tidak
berani menggalinya. Hanya kebodohan pikiran manusia yang menyebabkan mereka
tidak merasa berharga.
No comments:
Post a Comment