Oleh: Juli Jajuli, Asisten Manager Humas
Jawaban dari grup dua asal Yogyakarta yang menempatkan Dahana sebagai BUMN berkinerja kurang baik ini saya anggap cukup serius.
Mungkin
ketika anda membaca judul di atas akan langsung berpikir makanan khas
bengkulu, atau bertanya-tanya apa oleh-oleh khas bengkulu. Sejatinya,
saya juga tidak terlalu yakin Bengkulu memiliki makanan yang benar-benar
khas. Karena ketika berkeliling toko oleh-oleh, makanan yang ditemui
juga ada di tempat lain, seperti lempok duren yang juga ada di kota-kota
di Sumatera. Mungkin itu salah satu alasannya saya tidak bawa
oleh-oleh ketika pulang.Yang ingin saya ceritakan disini adalah oleh-oleh dari acara puncak Hari Pers Nasional yang diselenggarakan di Bengkulu sejak 1 sampai 10 Februari 2014. Sungguh, acara nasional yang dihadiri oleh Presiden SBY ini membuat semarak kota Bengkulu yang relatif kecil.
Tidak hanya jalanan yang berhias dan penuh dengan spanduk ucapan selamat atas pelaksanaan HPN. Dan tentunya, baligho dan spanduk dipenuhi oleh wajah-wajah narsis pejabat daerah. Pun, event ini secara jeli dimanfaatkan oleh para caleg untuk mendongkrak popularitasnya. Belum lagi tingkat okupansi hotel yang ludes tak bersisa. Malah cerita dari peserta HPN, mereka setiap malam harus berpindah-pindah hotel karena penuh.
Oleh-oleh yang saya maksud adalah pelajaran. Proses penyadaran diri bahwa di 'luar' sana kehidupan terus bergerak berubah secara dinamis. Kemajuan begitu cepat, salah satunya di bidang teknologi komunikasi.
Oleh-oleh pertama datang dari ajang debat antar SMU tingkat nasional dalam rangka HPN 2014. Acara ini diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) menyambut HPN. Al hasil, babak final yang dilaksanakan pada malam puncak apresiasi InMa di Hotel Santika pada 8 Februari 2014 menelorkan tiga finalis. Mereka mewakili tiga SMU dari Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Babak final yang dilaksanakan malam itu begitu semarak. Dihadiri oleh insan pers nasional, kontestan unjuk kebolehan dalam wawasan dan argumentasi.
Penentuan pemenangnya ditentukan melalui jawaban atas dua pertanyaan dari Menteri BUMN dan Gubernur Bengkulu. Pertanyaan Pak Dahlan tentang hubungan BUMN dan APBN dijawab sigap oleh semua peserta. Dan tiba pada pertanyaan Pak Gubernur, kurang lebih BUMN mana saja yang berkinerja baik dan BUMN mana yang harus ditingkatkan atau dibubarkan.
Saya yang hadir langsung di acara ini cukup penasaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh anak-anak SMU tersebut. Saya pun menyangka jawaban akan berkutat pada BUMN besar pengeruk laba dan BUMN malang yang dirundung masalah dan menghiasi halaman surat kabar.
Dugaan pertama saya cukup benar, BUMN besar yang muncul ada Pertamina, Bulog dan Pupuk Indonesia. Yang membuat saya sempat speechless adalah BUMN yang dipilih berkinerja kurang baik adalah Dahana di samping jawaban lain yang menyebut nama Merpati.
Jawaban dari grup dua asal Yogyakarta yang menempatkan Dahana sebagai BUMN berkinerja kurang baik ini saya anggap cukup serius. Sebab, sebelum mereka tampil diajang debat ini mereka telah banyak mempelajari berbagai BUMN karena masuk salah satu penilaian dalam lomba debat nasional ini.
Bagi saya yang bergelut di bidang komunikasi, hal ini menunjukkan ada pesan yang tidak sampai dari media Dahana yang dikelola selama ini. Dari jawaban mereka yang hanya menonjolkan blast effect bomb yang hanya 'nakut-nakutin', kinerja kurang baik dan sarannya untuk dimerger saja cukup menunjukkan adanya informasi yang tidak utuh mereka serap dari media yang mereka baca.
Terlepas dari kemungkinan jawaban mereka yang 'ngasal' karena kepepet dalam ajang debat, tetap saja hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi Humas Dahana. Sudah efektifkan publikasi selama ini.
Memang, mengkomunikasikan perusahaan seperti Dahana ini sedikit unik. Label BUMN bahan peledak yang masuk ke dalam kategori industri strategis, serta pasar yang B to B memerlukan strategi komunikasi yang sedikit khusus. Tidak terlalu terbuka karena sensitif sebagai bagian dari pertahanan negara, juga tidak tertutup karena ada keterbukaan informasi publik dan terkait bisnis.
Selama ini, serangan udara dilaksanakan melalui publikasi media yang dimiliki Dahana meliputi website, portal bumn, blog, majalah, media sosial dan advertorial di media nasional. Selain itu publikasi juga dilakukan melalui pameran, baik langsung menyasar konsumen pengguna jasa bahan peledak, maupun pameran yang sifatnya umum.
Tetap saja, pekerjaan mengkomunikasikan perusahaan memang tidak akan pernah mengenal kata selesai. ‘Temuan’ dalam acara debat nasional HPN tersebut bisa jadi hanya salah satu bagian alasan untuk melaksanakan audit komunikasi secepatnya dan berkala. (bersambung).
No comments:
Post a Comment