Tahun
1999 hingga 2008, bisa jadi merupakan tahun-tahun paling suram yang
dilewati sektor pertahanan Indonesia. Selama satu dekade, Indonesia
dijatuhi sanksi embargo militer karena dianggap melakukan pelanggaran
HAM di Timor Leste, efeknya luar biasa, negara ini tak mampu memasok
kebutuhan alutsista untuk menjaga kedaulatan wilayahnya. Ini lantaran
hampir semua peralatan pertahanan, dan pendukungnya saat itu dipasok
dari impor.
Efeknya luar biasa. Berbagai pesawat misalnya, harus
“dikanibal” untuk memperbaiki bagian pesawat lainnya agar bisa tetap
terbang, karena nihilnya suku cadang yang dipasok dari luar negeri. Hal
serupa terjadi hampir pada semua penunjang pertahanan, salah satunya
propelan, bahan utama pendorong semua jenis roket yang dibuat saat ini,
juga tak luput dari jenis alutsista yang diboikot. Ketiadaan propelan
membuat roket dalam negeri menjadi onggokan barang rongsokan.
Pengalaman
masa sulit tersebutlah yang kemudian mendorong pemerintah, menggandeng
sejumlah BUMN Industri Strategis untuk serius menggarap proyek
kemandirian alutsista. Program sinergi apik tesebut mulai menunjukkan
hasilnya, beberapa BUMN yang ditunjuk mampu membuat sendiri beberap
alutsista yang dibutuhkan, atau membuat alat pendukung untuk alutsista
yang dibuat BUMN lainnya.
Adalah PT DAHANA (Persero) yang kemudian
secara khusus mengemban tugas menjadi pionir industri peropelan pertama
di dalam negeri. Jauh sebelumnya, BUMN handak ini “kebagian tugas”
sebagai pembuat sekaligus pengisi handak untuk berbagai roket dan bom
pesawat tempur latih. Maka, proyek industri propelan yang rencananya
akan dibangun sinergis di lahan Energetic Material Center (EMC) ini, bisa menjadi batu loncatan PT Dahana (Persero) berperan lebih besar dalam ketahanan nasional.
Propelan
bernilai sangat strategis. Propelan tak hanya mampu menjadi barang
komplementer dalam industri alutsista, lebih jauh menjadikan Indonesia
mampu unjuk gigi dalam kompetisi di ruang langit yang diarahkan pada
kemandirian pembuatan dan peluncuran satelit luar angkasa. Semua itu tak
dapat dicapai tanpa adanya kemandirian propelan di masa mendatang, yang
kini mulai dirintis selangkah demi selangkah oleh PT DAHANA (Persero).
Tentunya
bagi BUMN yang ditukangi oleh F. Harry Sampurno ini, pertimbangan
bisnis menjadi yang nomor dua dalam proyek ini. Jauh hari, PT DAHANA
(Persero) telah bertekad menjadi salah satu gerbong dalam industri yang
menunjang kemapanan negara dalam bahan peledak. Tak cukup hanya menjadi
perseroan yang bonafid untuk negara, namun menjadi perusahaan yang
selalu berprinsip pada “serving the nation better”.(IDR)
Monday, May 6, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment