Dengan
menggandeng 6 perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia,
Kementerian ESDM bertandang ke Energetic Material Center (EMC) PT Dahana
(Persero) di Subang. Keenam raksasa tambang batubara tersebut yakni PT
Kaltim Prima Coal, PT Indominco, PT Berau Coal, PT Arutmin, PT Adaro,
dan PT Kideco.
Kunjungan pada Selasa (29/01/2012) tersebut, merupakan bagian dari usaha kementerian yang dipimpin Jero Wacik ini untuk mensinergikan industri pertambangan dengan produk dalam negeri. Di bawah arahan Heri Nurzaman, Kepala Subdit Bimbingan Usaha Batubara Kementerian ESDM, perusahaan-perusahaan tambang batubara ini diajak mengenal lebih jauh perusahaan handak plat merah ini.
Hadir dalam momen tersebut seluruh direksi PT Dahana (Persero) yang ikut menyambut kedatangan rombongan. Tepat pukul 12.45, setelah menyantap hidangan makan siang, rombongan diajak melakukan plant tour ke lahan EMC yang mempunyai luas 600 hektar tersebut. Oleh panitia, rombongan tamu kemudian diajak singgah di Pabrik Detonator Non Elektrik yang dimiliki Dahana.
Di pabrik yang memiliki ciri khas peti kontaniner sebagai tempat produksi ini, diperagakan proses produksi detonator non elektrik. Di waktu yang sama, dilakukan juga demonstrasi keandalan detonator non elektrik Dahana yang tetap efektif meledak meski kabelnya terlilit atau bahkan sobek.
Penasaran dengan kemampuan detonator non elektrik, Sumardi, Manager Purchasing PT Adaro bahkan turun tangan sendiri mencoba kemampuan pemicu ledakan buatan Dahana ini dengan melilitkan kabel detonator. Benar saja, meski kebel dililitkan di banyak bagian, kabel detonator permukaan ini tetap meledak dengan kecepatan yang hampir sama.
Puas berkeliling, rombongan kemudian menuju ruang learning center di Gedung KAMPUS Dahana. Hadir dalam kesempatan tersebut, F. Harry Sampurno, Direktur Utama PT Dahana (Persero). Dalam sambutannya, Harry memaparkan berbagai pencapaian Dahana selama ini.
“Dahana pernah mengalami masa-sama sulit, fase-fase tersebut telah Dahana lewati, dan sekarang kita semua bisa menyaksikan sendiri kemajuan Dahana saat ini”, ujar Harry. Pada kesempatan yang penting di depan manager enam perusahaan tambang batu bara terbesar inilah, Bambang Agung, Direktur Teknologi & Pengembangan PT Dahana, memberi papara.
singkat perusahaan mengenai fasilitas produksi, gudang dan On Site Plant (OSP) di beberapa siteKunjungan pada Selasa (29/01/2012) tersebut, merupakan bagian dari usaha kementerian yang dipimpin Jero Wacik ini untuk mensinergikan industri pertambangan dengan produk dalam negeri. Di bawah arahan Heri Nurzaman, Kepala Subdit Bimbingan Usaha Batubara Kementerian ESDM, perusahaan-perusahaan tambang batubara ini diajak mengenal lebih jauh perusahaan handak plat merah ini.
Hadir dalam momen tersebut seluruh direksi PT Dahana (Persero) yang ikut menyambut kedatangan rombongan. Tepat pukul 12.45, setelah menyantap hidangan makan siang, rombongan diajak melakukan plant tour ke lahan EMC yang mempunyai luas 600 hektar tersebut. Oleh panitia, rombongan tamu kemudian diajak singgah di Pabrik Detonator Non Elektrik yang dimiliki Dahana.
Di pabrik yang memiliki ciri khas peti kontaniner sebagai tempat produksi ini, diperagakan proses produksi detonator non elektrik. Di waktu yang sama, dilakukan juga demonstrasi keandalan detonator non elektrik Dahana yang tetap efektif meledak meski kabelnya terlilit atau bahkan sobek.
Penasaran dengan kemampuan detonator non elektrik, Sumardi, Manager Purchasing PT Adaro bahkan turun tangan sendiri mencoba kemampuan pemicu ledakan buatan Dahana ini dengan melilitkan kabel detonator. Benar saja, meski kebel dililitkan di banyak bagian, kabel detonator permukaan ini tetap meledak dengan kecepatan yang hampir sama.
Puas berkeliling, rombongan kemudian menuju ruang learning center di Gedung KAMPUS Dahana. Hadir dalam kesempatan tersebut, F. Harry Sampurno, Direktur Utama PT Dahana (Persero). Dalam sambutannya, Harry memaparkan berbagai pencapaian Dahana selama ini.
“Dahana pernah mengalami masa-sama sulit, fase-fase tersebut telah Dahana lewati, dan sekarang kita semua bisa menyaksikan sendiri kemajuan Dahana saat ini”, ujar Harry. Pada kesempatan yang penting di depan manager enam perusahaan tambang batu bara terbesar inilah, Bambang Agung, Direktur Teknologi & Pengembangan PT Dahana, memberi papara.
tambang di Indonesia, serta keunggulan-keunggulan lainnya.
Satu hal yang mencoba digarisbawahi Bambang, PT Dahana merupakan satu-satunya pemain industri handak domestik yang memiliki fasilitas produksi terintegrasi sendiri untuk bahan peledaknya, sementara perusahaan lainnya lebih banyak mengandalkan impor dari luar negeri. Ia menambahkan, lebih dari sekadar memproduksi sendiri bahan peledak, PT Dahana menjadi ujung tombak Indonesia di dalam industri bahan peledak dalam peranannya di pertambangan mineral yang masih minim kandungan lokalnya. (IDR)
No comments:
Post a Comment