Blog Dahana, Butuh sekitar satu jam perjalanan dari Kota Sumedang menuju lokasi proyek, hamparan perbukitan
gersang yang berada di kanan kiri jalan menjadi pemandangan
sepanjang menyusuri jalanan menuju lokasi proyek kali ini, musim hujan memang telah datang sebulan lalu, namun wilayah ujung Timur Kabupaten
Sumedang yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka ini masih dilanda kemarau panjang.
Di tempat itulah kini sedang dibangun Waduk Jatigede, selain untuk kebutuhan
irigasi
di 4
Kabupaten, yakni Majalengka,
Sumedang, Cirebon, dan
Indramayu, danau buatan ini rencananya akan difungsikan
sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), serta objek wisata
ke depannya.
PT Dahana (Persero) ikut mengerjakan proyek yang didanai melalui pinjaman
lunak Pemerintah Cina tersebut, perusahaan
handak plat merah ini
kebagian
menggarap Tunneling Project (Terowongan) untuk
mengalirkan
air
dari Sungai Cimanuk yang berhulu di Kabupaten
Garut ini ke Waduk Jatigede.
Digulirkan
sejak tahun 2006,
danau buatan
yang diproyeksikan menjadi waduk terbesar
di
Asia Tenggara ini kini memasuki tahap akhir konstruksi. Menurut Wisnu Setyoadji, Koordinator Site Jatigede, keikutsertaan Dahana merupakan bagian dari
program sinergi BUMN dalam berbagai proyek infrastruktur pemerintah.
Ada 4 perusahaan
BUMN konstruksi
yang tergabung
dalam konsorsium pengerjaan proyek tersebut, yaitu PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Waskita Karya.
Dalam proyek ini sendiri,
PT Dahana menjadi subkontraktor 2 proyek sekaligus, yakni kuari dan tunneling yang dikerjakan PT Waskita Karya. Tunneling sepanjang 520 meter, dengan diameter tengah 14 meter dikerjakan PT Dahana dalam
waktu
20 bulan, yang
artinya
PT
Dahana
menyelesaikan
proyek
tunneling
sesuai tenggat
waktu yang ditentukan kontraktor pelaksana.
Untuk mendukung proyek tersebut, Tim blasting
Dahana dilakukan oleh 15
orang yang setengahnya merupakan penduduk
lokal Jatigede. Blasting untuk
tunneling sendiri merupakan pekerjaan paling rumit dalam proyek pembangunan waduk yang menenggelamkan lima kecamatan ini.
Dikatakan Wisnu, sebelum dilakukan blasting
dan drilling pada lubang peledakan, tim geologi dari Departemen Pekerjaan Umum memerikasa kondisi geologi
di lokasi
proyek terowongan. Memeriksa
struktur lapisan
batuan
dari
atas
hingga
bawah untuk mengetahui kelayakan untuk proses
peledakan serta pola peledakan yang akan
dipakai.
Masih menurut Wisnu, jika tak ada palung dan struktur batuannya lunak, maka digunakan blasting mekanis, sementara untuk temuan batuan keras, maka diperlukan blasting non
mekanis dengan sedikit modifikasi.
Proses
pengerjaan tunneling yang dilakukan Dahana tak hanya menyediakan bahan peledak namun juga semua jasa handak dan pendukungnya yang meliputi drilling, loading,
blasting, hauling, dan supporting. Bahan peledak yang dipakai adalah
Dayagel Magnum dengan panjang 30 cm dan berat 200 gram dengan
beberapa modifikasi yang menyesuaikan kondisi batuan
dan
tanah basah.
Menurut pria yang sudah bertugas di Jatigede sejak 4 tahun lalu ini, kesulitan terbesar selama proses tunneling berlangsung yakni struktur tanah perbukitan di
Jatigede yang labil, sehingga sering terjadi
sliding (longsoran tanah) ketika proses blasting berlangsung.
Namun, meski
pengerjaan yang dilakukan PT Dahana telah sesuai
target yang ditetapkan, sempat terjadi beberapa insiden
selama berlangsungnya pengerjaan tunneling, terutama yang
berkaitan dengan safety. Kondisi batuan yang labil
memunculkan batuan yang rawan jatuh. Namun dengan keahlian
khusus dan sedikit modifikasi
pola peledakan, kondisi
tersebut tak menjadi masalah
berarti selama pengerjaan, baik dari
segi keamanan, efisiensi peledakan, dan waktu. (IDR)
No comments:
Post a Comment