File
Liputan
FORUM
KIMIA DAHANA:
Dahana merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengadaan dan jasa bahan peledak. Berbagai upaya dan pengembangan terus
dilakukan termasuk inovasi-inovasi produksi yang dihasilkan perusahaan.
Untuk membangun inovasi tersebut, tidaklah langsung berdiri begitu saja,
namun ada beberapa tahapan yang harus dilalui.
Membangun inovasi kadang muncul dari sebuah
forum atau diskusi. Salah satu acara yang kini akan terus dilakukan
adalah temu bareng kimiawan/kimiawati Dahana lintas generasi. Hal ini
dilakukan dalam rangka membangun citra pada keahliannya di bidang bahan peledak
dan untuk mewujudkan PT Dahana sebagai pusat studi bahan peledak (Indonesian
Explosives Centre). Acara ini bertujuan untuk berbagi ilmu guna
membangun semangat dan cita-cita PT Dahana di bidang bahan peledak.
Forum ini awalnya dimotori Waspada Kurniadi
sebagai Staf Ahli Pengembangan Teknologi & Sistem beserta Erwin Cipta
dari satuan kerja K3LH & Teknologi. Rencananya
forum ini akan dilakukan dua mingguan atau bulanan dan sangat terbuka untuk
berbagai bidang keilmuan lainnya (di luar Kimia-red). “Lebih baik dimulai dulu, dibanding tidak
melakukan apa-apa akan lebih buruk. Mudah-mudahan peserta yang ikut forum ini
menjadi termotivasi dalam bekerja dengan dapat menuangkan ide serta gagasannya
di luar rutinitas pekerjaan setiap hari yang sudah biasa dilakukan
”, tegas Erwin.
Forum ini pun sudah mulai berjalan di dua lokasi
Subang dan Tasikmalaya. Untuk di Tasikmalaya sendiri mulai dilakukan 20 April
lalu dengan materi studi pendahuluan proses Nitric Acid Concentrate/Sulphuric
Acid Concentrate (NAC/SAC) sebagai penunjang Pabrik Pentolite Booster
dan military explosives yang akan dibangun di area EMC, Subang.
Sementara itu acara yang di gelar perdana di
kantor PSB Subang 19 April lalu mengusung topik “Substitusi Solar dengan
Biodiesel Sebagai Bahan Bakar & Bahan Baku Operasional Produksi”. Pemateri
yang dihadirkan adalah M. Surya Nugraha, Kimiawan yang sekarang bernaung
di Unit Kerja Produksi OSP - Subang. Acara tukar pikiran dan ide tersebut
juga mengundang para Kimiawan/Kimiawati lintas generasi untuk saling membahas
dan berbagi ilmu tentang dunia bahan peledak dan pendukungnya.
Jika melihat topik yang diangkat, maka pikiran
kita akan tertuju pada suatu perusahaan yang mengusung ramah ingkungan
atau biasa disebut dengan go green.
Sharing perdana ini semakin menarik ketika
diskusi membahas biodiesel yang bisa menggantikan solar. Secara kimia, Biodiesel
merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar
dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau
lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid
digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan
membuang asam lemak bebas. Setelah
melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki
sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat
menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, lebih sering digunakan sebagai
penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni
ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Pada implementasinya, proses produksi di PT
Dahana masih menggunakan Solar sebagai bahan baku campuran pada Cartridge
Emulsion. Terinspirasi dari kebutuhan solar tersebut serta cadangan minyak
dunia sendiri yang semakin menipis, maka munculah ide untuk mempresentasikan
kajian ilmiah tersebut.
Sebenarnya ide tersebut sudah lama ingin
dikembangkan. Dengan hadirnya forum ini, ide tersebut dapat tertuang. Dalam
bahasannya, dengan antusias Surya, sang pembicara menjelaskan tentang proses
detail Substitusi Solar ke Biodiesel. Menurutnya, cadangan minyak Indonesia
pada tahun 2006 saja sudah mencapai 4,3 miliar barel (0,36% dari cadangan
minyak dunia), sementara pada tahun 2011 jumlah cadangan minyak Indonesia hanya
tertinggal 3,9 miliar barel.
Berdasarkan data tersebut cadangan minyak akan
habis dalam waktu 12 tahun. Sementara solar yang dibutuhkan untuk proses
produksi cukup banyak. Pada proses pembuatan DABEX di On Site Plant/ OSP
saja kebutuhan solar Dahana sekitar 2500 liter per shift-nya. “Dengan pemakaian
tersebut, akan sangat bijaksana apabila dapat menghemat pemakaian solar jika
solar tersebut dapat disubstitusi (diganti-red)dengan biodiesel,” tegas
Surya. “ Apalagi Unit Kerja OSP tidak hanya di Tasikmalaya dan Subang, nantinya
bisa juga diterapkan di Unit OSP yang berada di Kalimantan ataupun dimana
saja yang memakai solar, akan sangat baik sekali jika kita bisa mengganti solar
tersebut dengan biodiesel maka akan menghemat jutaan rupiah”, tambahnya.
Salah satu contoh adalah tanaman jarak,
yang mempunyai potensi besar utuk dijadikan biodiesel. Tanaman
jarak banyak ditanam di area Energetic Material Centre/EMC Dahana
Subang. “Minyak jarak sendiri sudah menunjukkan kelasnya sebagai energi
alternatif pengganti bahan bakar minyak di masa mendatang. Dengan harapan kita
bisa memanfaatkan tanaman Jarak Pagar tersebut, akan sangat bagus dalam ke
depannya, karena selain lebih ekonomis, kita juga turut andil dalam mengurangi
pemakaian Minyak di Indonesia”, Surya menjelaskan.
Minyak jarak sendiri adalah minyak nabati yang
diperoleh dari ekstraksi biji tanaman jarak (Ricinus Rommunis). Dalam bidang
farmasi dikenal pula sebagai minyak kastroli. Minyak ini serbaguna dan memiliki
karakter yang khas secara fisik.
Ide Surya dan timnya tidak berjalan sendiri,
mereka di dorong Pudji Suprapto, Kepala EMC. Untuk itu Surya dan timnya
berencana melakukan riset atau penelitian lebih lanjut tentang Substitusi Solar
dengan minyak jarak mengingat kegunaannya yang begitu besar. Dorongan dan
antusiasme juga datang dari peserta yang hadir dalam sharing tersebut.
Mereka sangat mendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment