Bangunan yang berbentuk lingkaran ini cukup menjadi perhatian bagi
siapa saja yang melihatnya. Bukan bangunannya namun Shading yang melingkar di sekelilingnya ini memang sangat
futuristic, membuat orang penasaran melihatnya. Tidak jarang orang bertanya
tentang shading dan bangunan ini.
Gedung yang bercat putih ini memiliki, banyak ruangan. Dilantai
dua adalah Ruang Auditorium, ruang pertemuan dan pertunjukan yang mampu menampung
sekitar 500 orang. Lantai dasarnya, terdapat beberapa ruangan, yaitu,
ruang arsip, mushola dan ruang perpustakaan.
Ruang perpustakan ini, berbentuk melengkung menghadap kearah
timur, dan jendela kaca yang pasang berderet ini selain memberikan pencahayaan,
juga meberikan kesempatan kepada orang yang berada di luar ruangan untuk memandang jelas semua isi
ruang perpustakaan.
Berbagai buku terlihat berbaris tersimpan di rak yang menempel dengan tembok putih.
Ditengah ruangan terdapat dua meja panjang yang berjarak. Beberapa koleksi
majalah nampak tertumpuk di meja kecil disudut ruangan. Konon, ruang ini sangat
jarang dikunjungi orang, terkecuali karyawan di bagian Humas, yang memang pemegang kunci ruangan.
Beberapa waktu kebelakang, sangat jarang orang yang masuk
keruangan ini, sepi, Nampak seperti tidak ada kehidupan. Namun, kali ini, jika
melintasi ruangan ini, kita akan melihat tiga orang gadis berkurudung di
dalamnya. Terlihat ketiga orang ini, lebih sering sibuk diruangan ini, seakan
menjadi ruang kerjanya.
Ketika Dfile, melintasi ruangan ini, mencoba singgah dan menyapa.
Ternyata, ketiga gadis ini adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Subang (Unsub)
yang tengah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau istilah ini mereka sebut dengan nama Jobs
Training. Mereka ini, selama dua bulan kedepan, akan berada di Kampus
DAHANA, untuk belajar dan mengenal dunia kerja, khususnya tentang kehumasan.
Mewujudkan Ruang Cakrawala
Ketiga gadis berkurudung ini adalah, Wiwi Widyawati, Mirah Rahayu,
dan Windi Harti. Mereka tengah mempelajari kegiatan kehumasan, sebagai bekal
pengalaman dan wawasan untuk menambah pengetahuan untuk dibawa kembali ke Kampus.
Dan uniknya, selama Job Training ini mereka masing-masing
memiliki tugas khusus, yakni ikut terlibat mempersiapkan proyek yang merupakan
program humas. Mirah Rahayu, harus berputar ide, menyiapkan konsep ruang
perpustakaan agar kedepan mampu menarik minat baca karyawan di lingkungan
Kampus DAHANA.
“Ruangan ini, namanya ruang Cakrawala. Saya mendapat tugas untuk memyiapkan konsep ruang Cakrawala, mulai
dari interior, koleksi buku, program dan juga pelayanannya,” terang Mirah
kepada Dfile.
Mirah pun mengatakan, pertama kali memasuki ruangan Cakrawala, ruangan ini
nampak tidak pernah dikunjungi orang, meja berdebu, buku-bukunya pun seperti
tidak dijamah orang, “Penuh debu, akhirnya kami rapihkan, sambil membuat daftar
koleksi buku yang ada,” ungkap Mirah.
Konsep ruang Cakrawala yang sedang disusunnya ini mengangkat tema “Convert Table Makes You
Fun” dengan harapan kelak ruangan ini sering dan banyak dikunjungi oleh
karyawan, untuk refresing, membaca buku.
IMEX untuk Masyarakat
Berbeda dengan Mirah, Windi Harti kini tengah mempersiapkan konsep
pembuatan IMEX, akronim dari Indonesia Museum of Explosive, sebagai pengembangan dari daerah cagar budaya yang berada di
kawasan Energetic Material Center (EMC), Kabupaten Subang.
Sebagaimana fungsinya daerah cagar budaya ini akan menjadi museum
tentang PT DAHANA (Persero) sebagai produsen bahan peledak. Kepada Dfile, Windi menuturkan, ia sudah
mempersiapkan konsep proyek IMEX, mulai dari design ruangan, dan juga
program-programnya.
“Secara garis besar, meski saya belum paham tentang sejarah Dahana
dan bahan peledak. Namun secara umum, IMEX ini nantinya akan
mengisahkan tentang DAHANA dan juga produk-produknya,” terang Windi.
IMEX, menurut Windi nantinya akan menjadi daya tarik masyarakat,
“Siapa yang ingin mengenal DAHANA, tinggal berkunjung saja ke IMEX,” ujarnya.
Daerah cagar budaya ini ingin disulapnya menjadi beberapa zona tertentu, seperti; zona edukasi, daerah dimana orang akan
mengenal Dahana melalui museum atau diorama, melalui foto-foto, atau barang-barang DAHANA bersejarah
lainnya.
Zona ekpresi adalah dimana pengunjung dapat mengabadikan momentnya
di IMEX pada spot foto yang
menarik. Sementara zona rekreasi adalah dimana tempat ini bisa menampilkan
pertunjukan, dan zona Wifi adalah tempat dimana masyarakat atau pengunjung bisa
duduk nongkrong sambil browsing. Satu
lagi, zona theater yang disiapkan untuk area menonton film dokumenter
peledakan.
Membumikan Taman Canda
Salah satu program Humas tahun ini adalah melakukan branding sebagai
upaya penguatan hadirnya PT DAHANA (Persero) di Kabupaten Subang, yakni
membangun Taman Canda. Untuk mempersiapkan itu, salah satu mahasiswi Fikom Unsub yang
tengah PKL di DAHANA Wiwi Widyawati, harus ikut terlibat dalam persiapan
konsepnya.
“Saya, dapat tugas untuk membuat konsep persiapan pembangunan
Taman Canda,” terang Wiwi kepada Dfile.
Taman Canda, terang Wiwi adalah Taman Bacaan Dahana, dimana PT
DAHANA (Persero) akan membangun sebuah taman beserta perpustakaan yang dapat diakses
oleh masyarakat Subang yang berlokasi di pusat Kota Subang. “Kalo dari info yang saya dapat, pembangunan
taman ini pada tahun ini, dan saya mendapat tugas membuat konsepnya juga,”
ungkap Wiwi.
Ada beberapa hal yang dikerjakannya dalam persiapan pembuatan
Taman Canda, Wiwi harus meyiapkan konsep pasca pembangunan, program-program
pelaksanaan Taman Canda, salah satunya yaitu kegiatan literasi. (SYA)
No comments:
Post a Comment