Oleh: Budi
Antono, Direktur Utama
Saat orang masih berpacaran dan sudah
memutuskan untuk segera menikah, kedua sejoli selalu punya jurus andalan saat
berkonflik dan selalu bisa menghindarkan dari kondisi terburuk berupa
perpisahan. Setiap orang yang sudah menikah tentu tak terhitung lagi berapa
frekuensi pengucapannya, kata ampuh itu tak lain adalah ‘kita saling
melengkapi’ atau ‘aku terima kekuranganmu dan kamu terima kekuranganku.
Setiap kekurangan pasangan serasa jadi
pemanis dalam hubungan emosional ketika diterima dan diterjemahkan dengan ‘kita
saling melengkapi. Indah bukan? Wajah pas-pasan, kantong cekak, karakter buruk
bawaan, dan segala nasib yang kurang baik bisa jadi indah saat pasangan menyebut
‘kita saling melengkapi’. Setelah menikah pun, sudah tak terhitung berapa
pasangan yang terselamatkan dari kata mukjizat itu.
Tiada di dunia ini yang bisa seimbang
tanpa saling melengkapi, Tuhan menciptakan semua yang ada di alam saling
melengkapi. Dalam bagian tubuh semua sama pentingnya, mata, jantung, tangan,
kaki, usus, kaki, otak, anus, semua sama pentingnya.
Orang kerap menyebut, otak di kepala
bagian terpenting tubuh karena mengendalikan semua aktivitas dan alam pikiran
manusia. Sementara anus yang memiliki tugas membuang kotoran dianggap kodratnya
lebih rendah. Padahal anus pun sama pentingnya dengan otak. Apa yang terjadi
kalau anus tak berfungsi dengan baik? Wasir dan segala penyakit lainnya yang
muncul, meski kotor anus jadi bagian yang sama pentingnya yang membuat kita
tetap hidup.
Sama halnya dalam sebuah perusahaan. Bos
tertinggi tak akan bisa bekerja tanpa kehadiran office boy yang setiap hari membersihkan ruangannya. Seorang satpam
sama pentingnya dengan accounting,
engineer, dan lainnya. Tanpa satpam, kantor atau pabrik akan kemalingan
setiap hari. Yang membedakan hanya struktur organisasi yang menempatkan orang
di atas dan di bawah. Kepala letaknya di atas, kaki di bawah, fungsinya
sama-sama penting.
Dalam pengelompokan fungsi perusahaan
pun setiap divisi punya peran dan sama pentingnya. Tak ada yang lebih penting
dari semua divisi yang ada, divisi korporasi dianggap sebagai cost center alias divisi yang kerjanya
mengeluarkan tanpa menghasilkan uang bagi perusahaan, anggaplah sebagai isteri
yang tak bekerja dalam rumah tangga. Sementara divisi lain dianggap lebih susah
payah karena sebagai profit center, atau yang mencetak pendapatan, anggaplah
sebagai suami dari kehidupan rumah tangga yang cari uang di luar.
Dengan analogi orang berpacaran, suami
isteri, dan fungsi masing-masing bagian tubuh dan organ, semua sama pentingnya.
Seperti kelanggengan rumah tangga suami isteri, hubungan dan kesetaraan antar
divisi itu ‘saling melengkapi’.
Divisi yang masuk profit center memang bisa menghasilkan uang, tapi apa bisa
operasional bekerja dengan baik jika tak ada divisi korporasi yang mengurusi
rekrutmen karyawan, inventarisasi dan pengadaan aset, mengurusi asuransi
kesehatan karyawan, mengurusi pembayaran pajak, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Begitu pun dengan sesama divisi profit center.
Tak ada yang lebih penting di
masing-masing divisi, semua sama pentingnya. Kesimpulannya, jika kemunculan ego
sektoral antar divisi artinya ada keengganan rasa saling melengkapi. Dalam
hubungan rumah tangga, ketiadaan saling melengkapi berujung pada
perceraian.
Sederhananya, semua punya tugas
masing-masing. Suami pencari uang, tugas isteri mengurus anak, membereskan
rumah, mengelola pengeluaran. Si isteri memang hanya berdiam di rumah tanpa
menghasilkan uang, namun apa sama pentingnya dan setaranya dengan si suami.
Begitu pun dengan divisi-divisi profit center, ibarat saudara sekandung dalam
rumah.
Employee Gathering tahun ini telah
menyatukan kita sebagai bagian keluarga besar DAHANA. Dengan semangat One Heart One Goal, kita akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik untuk kemajuan perusahaan. Ingat, tujuan perusahaan tidak akan tercapai
jika kita centang perenang. Maka bersatu
padu saling melengkapi adalah komitmen kita bersama. Dahana, be excellent!
No comments:
Post a Comment