Bagi umat muslim di Indonesia yang
merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halaman setelah
sebulan penuh menunaikan ibadah Puasa Ramadhan, bisa dibilang sebuah kewajiban. Tradisi yang biasa di
sebut “mudik” ini telah berlangsung sejak lama dan begitu di nantikan
oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah pun
memberikan kebijakan hari libur panjang di hari besar Islam ini, betapa tidak
di moment inilah mereka memiliki kesempatan untuk silaturahim, berkumpul dengan
keluarga dan sanak saudara, di kampung halaman masing-masing.
Namun perjalanan mudik tahun ini bagi para pemudik yang melalui Jalur Pantura
(Pantai Utara) banyak
meninggalkan cerita sedih ketimbang bahagianya. Bahkan sampai menelan
korban karena kelelahan ataupun dehidrasi karena masih menjalankan ibadah puasa akibat terjebak
kemacetan yang begitu parah di jalur tol yang baru selesai dibangun ini.
Setali tiga uang dengan peristiwa
mudik yang dialami oleh Fitri
Susanti, Manager Suporting Divisi Migas PT DAHANA (Persero). “Perjalanan
pulang kampung tahun ini begitu
menjengkelkan, akibat terjebak macet di
ruas Pejagan hingga gerbang Tol Brebes Timur. Perjalanan normal yang biasa saya tempuh dari
Jakarta ke Boyolali hanya 9 jam dengan kendaraan pribadi, kemarin mencapai 28
jam,” ungkapnya
kesal.
Fitri beserta keluarga berangkat Sabtu
dini hari (2/07/2016),
sekitar pukul 03.00 wib, ia berharap perjalanannya lancar hingga tujuan. “ Prediksi saya dari pengalaman mudik
tahun-tahun lalu paling kena macetnya di ruas Tol Cikampek, dan memang betul
kendaraan berjalan lambat, akibat banyaknya kendaraan yang berhenti di bahu
jalan karena rest area yang sudah tidak bisa menampung
kendaraan pemudik. Memasuki
Tol Cipali lumayan lancar hanya sesekali tersendat, tiba di rest
area Kanci sekitar pukul 09.00 wib, kami sekeluarga istirahat di situ
sekalian isi BBM,” papar Fitri.
Perjalanan mudik nyaman dan
menyenangkan ternyata jauh dari harapan, selepas istirahat, dan baru beberapa
saat melintasi jalur tol Pejagan kamacetan kendaraan sudah menyambutnya,
”Kemacetan ini makin diperparah hadirnya
pedagang dadakan yang menawarkan daganganya masuk ke dalam jalan Tol dan
warung-warung tenda yang berderet di sepanjang sisi Tol, tidak sedikit pula toilet-toiet
darurat hadir didekatnya, yang sudah barang tentu menyebabkan banyak
kendaraan menepi , semakin semrawut saja dilihatnya. Alhamdulilah sebelum magrib saya sudah bisa
keluar dari gerbang tol Brexit,” jelas Ibu dari Dzaky dan Nabila ini.
“Hampir seharian waktu yang saya
tempuh dari Brebes menuju Kota Tegal,
yang biasanya hanya membutuhkan waktu 1 jam, kali ini di luar perkiraan,
kira-kira pukul 01.00 wib hari minggu (03/07) dini hari kami baru bisa lepas dari kemacetan. Untungnya BBM di mobil saya masih lumayan
cukup, hingga tidak perlu membeli BBM eceran yang harganya bisa mencapai Rp 50,000 per liter yang di jual oleh warga
sekitar sepanjang jalur Tol Brebes,” tuturnya pula.
Rasa lelah dan kantuk memaksa
Fitri dan keluarganya harus beristirahat. Malam itu mereka menginap di hotel sekitar alun-alun Pemalang
dan esok harinya kembali melanjutkan perjalanan ke Boyolali Kampung halamannya. (aan)
No comments:
Post a Comment