Nasional.is.me,
mulai dari diri sendiri untuk kemandirian bangsa
Oleh:
Abdul Haris Atbaro, SM Operasi DTU2
“ Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya ”
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya ”
~ Bangsa kasihan - Khalil Gibran ~
Entah kenapa saya suka sekali dengan puisi tersebut, mungkin karena saya
merasa bangsa ini seharusnya bisa menjadi bangsa yang lebih besar dengan segala
sumber dayanya. Mungkin karena saya yakin bangsa ini masih bisa berubah mnjadi
digjaya jika kita semua benar-benar
mencintai bangsa ini.
Kata AA Gym, cara efektif merubah bangsa ini adalah dengan merubah diri
sendiri, mulai dari yang paling kecil, dan mulai dari sekarang. Semudah itu
kah?.... sepertinya tidak. Manusia
adalah mahluk sosial, yang segala tindakannya pasti dipengaruhi dan
mempertimbangkan lingkungan sekitar. Misalnya hampir semua dari kita pasti akan
mengatakan korupsi, kolusi dan nepotisme adalah perbuatan salah dan tidak sehat
untuk kemajuan suatu bangsa, tapi saat di benturkan dengan kewajiban memajukan
perusahaan kita tidak segan-segan mengatakan GCG, anti bribery adalah sebagai
hambatan. Kadang terpaksa setuju bahwa korupsi dan kolusi diperlukan untuk
kemajuan perusahaan. Untuk dilema tersebut saya hanya bisa membesarkan hati
dengan mengatakan, dunia bukan hanya Hitam Putih, ada jugadaerah abu-abu dengan
gradasi dari Hitam ke putih, ada sedikit orang yang berada di area hitam, ada
sedikit orang yang berada di area putih, tetapi untuk saya pribadi yang berada
di zona abu-abu hanya berusaha sebanyak mungkin mengarah ke sisi putih.
Kembali tentang kemandirian bangsa, konon katanya Korea Selatan sebelum menjadi salah satu raksasa
industri electronik juga sempat terseok-seok, satu hal yang membuat industri electronik
di Korea Selatan maju karena kesadaran warganya, mereka tidak keberatan membeli
produk dalam negeri yang masih berkualitas rendah dengan harga mahal, dengan
demikian perusahaan-perusahaan bisa terus mengembangkan teknologinya. Semangat nasionalisme yang berhasil membangun
Korea Selatan. Lalu bagaimana dengan kita, apa masih ada semangat rela
berkorban untuk kepentingan negara?
Banyak dari kita yang menuntut perubahan
tetapi tidak mau menciptakan perubahan, yang lebih parah lagi kita ingin
perubahan tetapi tidak mau terkena dampak negatif perubahan. Ingin produk dalam
negeri tidak kalah dengan produk luar negeri, tapi sudah siapkan kita mengganti
Samsung atau Apple kita dengan Nexian atau Mito? Lalu bagaimana dengan Dahana?,
kandungan lokal yang diupayakan dalam produk Dahana apakah karena rasa
nasionalisme atau sekedar tuntutan pasar? Kira-kira apa komentar kita
seandainya laptop kantor kita ganti dengan zyrex atau advan. Atau mobil dinas
menggunakan mobil esemka.
Apapun kondisinya, inilah bangsa
(perusahaan) kita, ingat kata-kata God Bless, “lebih baik disini, rumah kita
sendiri”. Dian nafi dalam bukunya sarvatraesa: Sang Petualang berucap: “Silahkan
jadi kritikus tentang apapun di negeri (perusahaan) ini, tapi jangan lupakan
nasionalisme kalian. Jangan cuma kaya
kritik tapi miskin jiwa negarawan”. Jadikan bangsa ini adalah kita, nasional.is.me.
Kepemimpinan & profesionalisme, be a leader not a bos
Seperti apa sih pemimpin yang baik dan
profesional? Apakah pemimpin itu harus yang terbaik dan paling tegas diantara
yang ada. Kalau pemimpin haruslah yang terbaik, saat diangkat menjadi Khalifah
pertama Abu Bakar as Shidiq tentunya tidak akan berkata seperti ini.
“Saudara-saudara,
aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara
kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan
itu adalah pengkhianatan. “
Atau seandainya pemimpin
haruslah orang yang paling tegas, tentu saat diangkat sebagai khalifah kedua
menggantikan Abu bakar, Umar ibn Khatab tidak akan menangis dan berkata :
“Aku ini keras, banyak orang
yang takut padaku. Kalau aku nanti salah, lalu siapa yang berani mengingatkan?”
Ada kisah inspiratif dari seorang Charles
Schwab, dia adalah salah satu orang pertama yang di gaji lebih dari satu juta dollar pertahun dan di
pilih untuk menjadi presiden perusahaan
baja ternama di Amerika pada tahun 1921. Yang membuat Schwab menjadi pimpinan
dan di bayar 1 juta dollar saat itu bukan karena ia paling pintar atau seorang
genius dibidang industri baja. Schwab sendiri mengatakan banyak orang yang
lebih tahu mengenai rekayasa baja, dia dipilih sebagai presiden perusahaan baja
tersebut adalah karena kemampuannya mengembangkan kemampuan seseorang dengan
cara menghargai dan mendorong semangatnya.
Schwab mengatakan “Saya suka memberi
penghargaan namun segan mencari kesalahan, kalau saya menyukai sesuatu, saya
sepenuh hati dalam penerimaan dan saya royal dalam memberikan pujian”. Itulah
yang di lakukan schwab, tapi apa yang rata-rata dilakukan orang? Biasanya
berlawanan dengan itu, kalau mereka tidak menyukai sesuatu, mereka menyalahkan
bawahan mereka, kalau mereka menyukainya, mereka tidak mengatakan apa-apa
(kalau tidak malu ingin rasanya mengganti kata “mereka” dengan kata “saya”).
Sikap tegas penting dimiliki seorang
pemimpin, tetapi harus di dampingi dengan kebijaksanaan. Dengan kekuasaan kita
bisa memaksa anak buah kita yang bandel untuk menggunakan safety helmet dengan
ancaman akan di beri sangsi atau dipecat, pertanyaannya sampai kapan perintah
itu akan di turuti, mungkin hanya sampai kita membalikan badan. Jika sikap tegas saja tidak cukup untuk
menggerakkan orang melakukan yang kita inginkan, lalu apa?
Satu-satunya cara yang bisa menggerakkan kita
melakukan apapun adalah dengan mendapat apa yang kita inginkan. Desakan paling dalam yang diinginkan dan
menjadi sifat dasar manusia adalah “Hasrat untuk menjadi penting”. Saat saya jadi site koordinator ada seorang
karyawan yang disamping berperangai buruk juga sangat senang menularkan
perangai buruknya ke karyawan lain. Teguran dan sanksi sama sekali tidak
membuat karyawan tersebut berubah.
Hingga disatu kesempatan saya meluangkan waktu bermain
kerumah karyawan tersebut, tidak bercerita mengenai pekerjaan, tidak
membicarakan kesalahan yang bersangkutan, hanya sekedar silaturahmi dan
membahas kehidupan sehari-hari dan sesekali meminta saran dan pendapat yang
bersangkutan untuk hal-hal diluar pekerjaan. Ajaib, tidak perlu waktu lama
karyawan tersebut langsung berubah, esoknya dia sudah menjadi yang paling
pertama hadir di tempat kerja.
Saya
yakin bukan karena rasa takut akibat kunjungan saya yang menggerakkan karyawan
tersebut untuk disiplin, tetapi perasaan telah menjadi penting. Terkadang untuk
tidak merusak rasa penting seseorang kita harus berusaha untuk memberi
pelajaran dengan cara seolah-olah tidak mengajari, dan hal-hal yang tidak
diketahui seolah-olah hal yang terlupa, bagaimana kita lebih tahu tetapi tidak
mengatakan hal tersebut.
Tentunya banyak hal lainnya yang harus
dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan profesional seperti visi,
tanggung jawab, kemampun komunikasi, knowledge tetapi yang paling penting
adalah bagaimana memahami orang lain seutuhnya. Bos di ikuti karena
kekuasaannya, pemimpin diikuti karena tauladannya.
Amanah & Pelayanan, harus berani
memutus mata rantai ke tidak amanahan
Beberapa waktu ini kita (saya)seperti dipaksa
tidak boleh bosan mendengar berita persetuan KPK & Polri, sejak kecil saya
terbiasa menilai selain agama tidak ada sesuatu
yang bersifat mutlak, diantara hitam dan putih ada banyak zona gradasi
abu-abu. Dalam kasus ini saya tidak ingin bilang tersangka KPK atau Polri benar
atau salah (memangnya saya ahli hukum?).
Tapi saya yakin baik tersanga KPK dan kepolisian adalah orang baik tetapi
pernah berbuah salah dan mungkin sedang mencoba berbuat amanah. Orang baik
bukan berarti harus orang suci yang tidak pernah berbuat salah dan dosa.Waktu
kecil kita diajarkan “karena nila setitik rusak susu sebelanga” sehingga kita
lupa “Najis tidak merusak air 2 qullah selama tidak berubah warna dan baunya”.
Atas kasus tersebut banyak orang berfikir kalau tidak ingin borok kita dilihat
orang, jangan coba-coba membuka borok orang lain. Tapi kalau borok terus
disembunyikan dan tidak diobati tentunya cepat atau lambat akan membunuh kita.
Terus apa hubungannya cerita tadi dengan menjadi
amanah di perusahaan? Dalam hubungan
antara atasan dan bawahan, saya pribadi sering merasakan hal-hal yang
menghambat untuk bersikap amanah dan memberikan pelayanan yang baik ke
perusahaan adalah rasa toleransi atas kesalahan-kesalahan yang terjadi dengan
pembenaran bahwa saya juga dulu melakukan yang sama. Mungkin sifat amanah akan mudah
diaplikasikan jika kita mau lebih dahulu
mengakui kesalahan diri sendiri dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jangan mewariskan
perbuatan salah kita ke generasi penerus dan jangan juga terbiasa meng copy paste
kesalahan pendahulu untuk membenarkan kesalahan kita. Seperti kata Inul... “masa lalu biarlah masa
lalu, jangan kau ungkit jangan ingatkan aku”. Hidup harus terus bergerak maju,
kaizen kata orang jepang, sedangkan untuk muslim ingatlah:
"Barangsiapa yang hari ini lebih
baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan
kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin
adalah orang celaka"
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w,
bersabda, “Tunaikanlah amanat kepada orang yang mempercayakan kepadamu dan
janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi). Kalau menghianati orang yang menghianati kita saja tidak boleh,
apalagi menghianati sesuatu yang sudah menghidupi kita selama ini.
Inovatif dan keunggulan, never ending
improvement
Ditahun 2012 saya mendapat kesempatan
mengerjakan proyek yang terbilang baru untuk Dahana, demolisi bangunan. Dengan
segala keterbatasan pengetahuan dan informasi, proyek demolisi meruntuhkan 4
unit silo dan 1 unit chimney dilakukan dengan hasil 1 chimney sukses di
runtuhkan sementara 4 unit silo masih berdiri dengan gagah ditempatnya
masing-masing, alhasil alat beratpun dikerahkan untuk menuntaskan proyek
tersebut. “Kegagalan” proyek tersebut meruntuhkan segenap rasa percaya diri
yang menggebu-gebu saat meyakinkan pihak konsumen untuk memenangkan dan
melaksanakan proyek tersebut.
Rasa sedih, kecewa dan kehilangan rasa percaya
diri itu sedikit bisa terobati saat mengingat bahwa seorangThomas Alva Edison
butuh 1000 kali percobaan untuk dapat menemukan lampu pijar, dan atas
percobaan-percobaanya tersebut Edison tidak pernah menyebutnya sebagai
kegagalan, tetapi dia menyebutnya saya berhasil menemukan 999 cara yang salah
membuat lampu pijar sebelum akhirnya menemukan satu cara yang benar.
Semua industri pasti akan menemui titik
jenuh dimana industri tersebut tidak berkembang lagi dan harus membuat
perubahan untuk tetap bertahan. Beberapa perusahaan besar, sebut saja misalnya
Nokia yang tidak bisa mengembangkan diri akhirnya harus gulung tikar.
Beberapa teori menjelaskan sebab
keruntuhan raksasa nokia adalah munculnya innovator dilemma, dimana penguasa
pasar itu ragu melakukan inovasi lantaran takut produk inovasinya itu akan
meng-kanibal atau menghantam balik produk utamanya yang masih laku di pasaran. Nokia
ragu mengembangkan aplikasi smart phone lantaran takut produk utamanya,
symbian, kehilangan pasar.
Dan saat mereka sadar, segalanya telah
terlambat. Kompetitor yang sigap dan nothing to lose dengan segera mengambil
kesempatan itu. Lalu meninggalkan sang incumbent (penguasa pasar saat itu)
terpelanting ke pinggir arena.
Aliansi Global, karena kompetitor kita
menjadi berarti.
Teringat comic superman yang pernah saya
baca waktu kecil, dimana superman terbang membawa anak kecil yang di vonis
sakit berat dan tidak bisa hidup lama lagi, saat anak itu turun, dia di tanya
oleh orang tuanya, apa yang kamu lihat dari atas sana. “saya melihat sungai,
laut, gunung-gunung, bangunan, tapi saya tidak melihat batas-batas antar
negara”. Membuat saya kecil sedikit sadar Tuhan tidak memisah-misahkan kita,
kita yang sering memisah misahkan diri sendiri. Dan perlahan lahan batas antar
negara pun akan semakin samar. Lihat saja AFTA/MEA, si pesimis akan melihat
negeri kita akan segera dibanjiri pendatang dari negara lain, si optimis akan
melihat kita bisa mengembangkan diri lebih luas lagi.
Dalam kebaikan Tuhan senang kita
melakukannya secara berjamaah. Sering kita melihat deretan jalan yang berisi kumpulan
pedagang-pedagang yang sama, katakanlah deretan para pembuat stempel, deretan
tukang duplikat kunci, deretan penjual barang bekas, dan lain-lain. Ternyata
kompetitor tidak selamanya bisa merugikan, dengan aliansi para pedagang
tersebut justru berhasil membesarkan pasar bidangnya masing-masing.Buat yang
rindu masa-masa monopoli, saya tutup tulisan ini dengan mengutip kata-kata AA
Gym, apa artinya menjadi juara tanpa lawan. Wallahu a’lam bishawab.
No comments:
Post a Comment