Hari
semakin siang, terik matahari cukup menyengat di ubun-ubun kepala. Namun,
panasnya sengatan matahari itu seolah tak dirasakan dua puluh siswa Kursus
Bintara Munisi Pusat Pendidikan Peralatan
(Pusdikpal) Angkatan Darat yang sedang berdiri berbaris di halaman area
bunker, di kawasan Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA (Persero), Subang.
Para
tentara yang tengah mengikuti pendidikan militer pertama ini tampak sangat
antusias untuk melihat proses uji mutu peledakan dinamit (booster) hasil produksi DAHANA. Siang itu, Kamis (7/5), secara
bergantian, siswa-siswa Pusdikpal berkesempatan masuk ke dalam bunker dan melihat
langsung bagaimana cara handak dirakit.
Sebelumnya,
mereka telah lebih dulu mendapat penjelasan jenis dinamit yang akan diledakkan.
Pada kesempatan itu, bahan peledak yang diledakkan adalah dinamit dari jenis Dayagel
Magnum dan Pentolite Booster ukuran 100 gram dengan inisiasi ledakan
menggunakan detonator listrik.
"Boomb..bomb..bomb,"
tiga kali suara bahan peledak meledak cukup keras secara bersambutan begitu
detonator dinyalakan. Bunker pun langsung mengepulkan asap tanda bahan peledak
telah meledak sempurna. Para siswa puas melihat bagaimana uji mutu bahan
peledak yang dilakukan oleh DAHANA.
Setelah
melihat proses peledakan, para bintara ini pun diajak berkunjung ke pabrik
Detonator Non Elektrik (Nonel). Sebuah
inisiator atau media pemicu bahan peledak yang belum pernah digunakan oleh
Pusdikpal untuk kepentingan militer.
"Dengan
menggunakan Nonel, ada beberapa kelebihan yang didapat, kita tidak perlu takut
dengan adanya gelombang listrik yang mengakibatkan ledakan prematur, dan tidak
perlu khawatir dengan adanya konsleting karena air," terang Bagus Teguh,
Senior Manajer K3LH & Teknologi kepada para siswa.
Teguh
menuturkan, detonator dari jenis Nonel hanya bisa bereaksi jika diinisiasi oleh
alat khususnya yaitu Shucktube Inisiator,
sehingga bahan peledak tidak akan meledak akibat reaksi lain seperti arus
listrik lain yang berasal dari petir, medan magnet, atau sumber lainnya. Hal
ini membuat detonator Nonel lebih aman dipakai di segala kondisi.
Selain
memaparkan fungsi Nonel, Bagus pun mengajarkan para siswa bagaimana cara
merangkai shocktube dengan
menggunakan blok konektor. "Ini cara membedakan shocktube, mana yang sudah digunakan dan belum digunakan. Lihat
perbedaannya," terang Bagus sambil memperagaka.
Sebelum
peragaan di bunker dan pabrik Nonel, para tentara yang tengah mengikuti Praktek
Kerja Lapangan ini juga telah dibekali dengan pemahaman jenis dinamit dan bahan
peledak yang dipakai DAHANA.
Di
ruang Smart Room Gedung Diklat Kampus
Dahana, para siswa mendapat paparan mengenai klasifikasi bahan peledak dan
pengembangan arah bisnis DAHANA. Di depan tentara-tentara muda tersebut, Bagus
menerangkan berbagai kontribusi BUMN bahan peledak ini pada industri pertahanan dalam negeri.
"Dahana
kini tengah kembali pada khittahnya saat DAHANA didirikan dulu, yakni ikut serta mengembangkan bahan peledak
militer. Kita tengah mempersiapkan pabrik propelan untuk isian roket dan juga
peluru," ujar Bagus.
Salah
seorang pembimbing siswa, Budiarto, mengatakan sangat mengapresiasi dengan apa
yang tengah dikerjakan oleh PT DAHANA untuk negara. "Ini sebuah langkah bagus untuk DAHANA,
kembali ikut serta mengembangkan bahan peledak militer. Jika kita mapan dan
mandiri dalam hal ini, kita tidak perlu takut dengan embargo negara lain,"
kata Budiarto.
Pelajari Bahan Peledak Komersil, Kopassus Sambangi Kampus
Dahana
Hampir
disetiap tahunnya, Pusat Pendidikan Khusus Kopassus (Pusdikpasus) selalu
membawa para siswanya berkunjung ke EMC KAMPUS DAHANA. Dalam satu tahun, bisa
dipastikan siswa Pusdikpasus dua kali berkunjung ke DAHANA.
Jacob,
Komandan Khusus Zeni Demolisi Pusdikpasus, membenarkan bahwa selama ini
Pusdikpasus dalam mempelajari handak komersil selalu membawa siswa didiknya ke
PT DAHANA. “Dahana adalah perusahaan pembuat handak komersil, dan tentunya,
sangat memahami karakteristik dan bahan pembuatan handak komersil. Jadi kami
selalu membawa siswa kami ke sini untuk lebih mengenal bagaimana handak
komersil dibuat,” kata Jacob.
Kedatangan
29 siswa Kopassus kali ini adalah siswa Kopassus angkatan komando 97 yang
tengah mengikuti pendidikan spesialisasi demolisi atau pemusnahan untuk
mempelajari bahan peledak komersil yang biasa digunakan oleh pertambangan.
“Kenali dulu sifat dan karakteristik bahan
peledak, baru selanjutnya bergaul dengan bahan peledaknya. Hanya satu rumusnya,
jangan ragu-ragu dengan bahan peledak. Rasa ragu itu ancaman,” terang Bagus
memberi nasehat kepada para siswa.
Bagus
pun menjelaskan, sebagus apapun kualitas bom atau bahan peledak, jika tidak
mampu merawat dan menjaganya maka kualitasnya bisa menurun. “Bahan peledakpun
perlu perawatan dan perhatian khusus. Suhu pun bisa mempengaruhi kualitas bahan
peledak. Bisa saja handak tidak berfungsi karena perlakuan dalam penyimpanannya
kurang baik,” papar Bagus.
Untuk
mengetahui bagaimana cara handak komersil diledakkan, para siswa pun diajak ke
area bunker untuk menyaksikan langsung proses peledakan uji mutu bahan peledak.
Beberapa bahan peledak diledakkan di dalam bunker, dentumannya pun dirasakan
langsung oleh para siswa yang tengah berdiri kurang dari 5 meter dari bunker
tempat bahan peledak itu diledakan.
“Jadi
penasaran nih, kalo diledakannya diluar bunker gimana ya, pingin lihat reaksi
ledakannya, karena kalau latihan handak militer biasanya kami menyaksikan dari
jarak kurang dari satu kilo,” celoteh salah satu siswa. (SYA/IDR)
No comments:
Post a Comment