Pages

Friday, July 31, 2015

Semakin Banyak Tentara Yang ‘Latihan Militer’ di DAHANA



Hari semakin siang, terik matahari cukup menyengat di ubun-ubun kepala. Namun, panasnya sengatan matahari itu seolah tak dirasakan dua puluh siswa Kursus Bintara Munisi Pusat Pendidikan Peralatan  (Pusdikpal) Angkatan Darat yang sedang berdiri berbaris di halaman area bunker, di kawasan Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA (Persero), Subang. 


Para tentara yang tengah mengikuti pendidikan militer pertama ini tampak sangat antusias untuk melihat proses uji mutu peledakan dinamit (booster) hasil produksi DAHANA. Siang itu, Kamis (7/5), secara bergantian, siswa-siswa Pusdikpal berkesempatan masuk ke dalam bunker dan melihat langsung bagaimana cara handak dirakit. 

Sebelumnya, mereka telah lebih dulu mendapat penjelasan jenis dinamit yang akan diledakkan. Pada kesempatan itu, bahan peledak yang diledakkan adalah dinamit dari jenis Dayagel Magnum dan Pentolite Booster ukuran 100 gram dengan inisiasi ledakan menggunakan detonator listrik.

"Boomb..bomb..bomb," tiga kali suara bahan peledak meledak cukup keras secara bersambutan begitu detonator dinyalakan. Bunker pun langsung mengepulkan asap tanda bahan peledak telah meledak sempurna. Para siswa puas melihat bagaimana uji mutu bahan peledak yang dilakukan oleh DAHANA.

Setelah melihat proses peledakan, para bintara ini pun diajak berkunjung ke pabrik Detonator Non Elektrik (Nonel).  Sebuah inisiator atau media pemicu bahan peledak yang belum pernah digunakan oleh Pusdikpal untuk kepentingan militer.

"Dengan menggunakan Nonel, ada beberapa kelebihan yang didapat, kita tidak perlu takut dengan adanya gelombang listrik yang mengakibatkan ledakan prematur, dan tidak perlu khawatir dengan adanya konsleting karena air," terang Bagus Teguh, Senior Manajer K3LH & Teknologi kepada para siswa.

Teguh menuturkan, detonator dari jenis Nonel hanya bisa bereaksi jika diinisiasi oleh alat khususnya yaitu Shucktube Inisiator, sehingga bahan peledak tidak akan meledak akibat reaksi lain seperti arus listrik lain yang berasal dari petir, medan magnet, atau sumber lainnya. Hal ini membuat detonator Nonel lebih aman dipakai di segala kondisi.

Selain memaparkan fungsi Nonel, Bagus pun mengajarkan para siswa bagaimana cara merangkai shocktube dengan menggunakan blok konektor. "Ini cara membedakan shocktube, mana yang sudah digunakan dan belum digunakan. Lihat perbedaannya," terang Bagus sambil memperagaka.

Sebelum peragaan di bunker dan pabrik Nonel, para tentara yang tengah mengikuti Praktek Kerja Lapangan ini juga telah dibekali dengan pemahaman jenis dinamit dan bahan peledak yang dipakai DAHANA. 

Di ruang Smart Room Gedung Diklat Kampus Dahana, para siswa mendapat paparan mengenai klasifikasi bahan peledak dan pengembangan arah bisnis DAHANA. Di depan tentara-tentara muda tersebut, Bagus menerangkan berbagai kontribusi BUMN bahan peledak ini pada  industri pertahanan dalam negeri.

"Dahana kini tengah kembali pada khittahnya saat DAHANA didirikan dulu,  yakni ikut serta mengembangkan bahan peledak militer. Kita tengah mempersiapkan pabrik propelan untuk isian roket dan juga peluru," ujar Bagus.

Salah seorang pembimbing siswa, Budiarto, mengatakan sangat mengapresiasi dengan apa yang tengah dikerjakan oleh PT DAHANA untuk negara.  "Ini sebuah langkah bagus untuk DAHANA, kembali ikut serta mengembangkan bahan peledak militer. Jika kita mapan dan mandiri dalam hal ini, kita tidak perlu takut dengan embargo negara lain," kata Budiarto.

Pelajari Bahan Peledak Komersil, Kopassus Sambangi Kampus Dahana

Hampir disetiap tahunnya, Pusat Pendidikan Khusus Kopassus (Pusdikpasus) selalu membawa para siswanya berkunjung ke EMC KAMPUS DAHANA. Dalam satu tahun, bisa dipastikan siswa Pusdikpasus dua kali berkunjung ke DAHANA.

Jacob, Komandan Khusus Zeni Demolisi Pusdikpasus, membenarkan bahwa selama ini Pusdikpasus dalam mempelajari handak komersil selalu membawa siswa didiknya ke PT DAHANA. “Dahana adalah perusahaan pembuat handak komersil, dan tentunya, sangat memahami karakteristik dan bahan pembuatan handak komersil. Jadi kami selalu membawa siswa kami ke sini untuk lebih mengenal bagaimana handak komersil dibuat,” kata Jacob. 

Kedatangan 29 siswa Kopassus kali ini adalah siswa Kopassus angkatan komando 97 yang tengah mengikuti pendidikan spesialisasi demolisi atau pemusnahan untuk mempelajari bahan peledak komersil yang biasa digunakan oleh pertambangan.

 “Kenali dulu sifat dan karakteristik bahan peledak, baru selanjutnya bergaul dengan bahan peledaknya. Hanya satu rumusnya, jangan ragu-ragu dengan bahan peledak. Rasa ragu itu ancaman,” terang Bagus memberi nasehat kepada para siswa.

Bagus pun menjelaskan, sebagus apapun kualitas bom atau bahan peledak, jika tidak mampu merawat dan menjaganya maka kualitasnya bisa menurun. “Bahan peledakpun perlu perawatan dan perhatian khusus. Suhu pun bisa mempengaruhi kualitas bahan peledak. Bisa saja handak tidak berfungsi karena perlakuan dalam penyimpanannya kurang baik,” papar Bagus.

Untuk mengetahui bagaimana cara handak komersil diledakkan, para siswa pun diajak ke area bunker untuk menyaksikan langsung proses peledakan uji mutu bahan peledak. Beberapa bahan peledak diledakkan di dalam bunker, dentumannya pun dirasakan langsung oleh para siswa yang tengah berdiri kurang dari 5 meter dari bunker tempat bahan peledak itu diledakan.

“Jadi penasaran nih, kalo diledakannya diluar bunker gimana ya, pingin lihat reaksi ledakannya, karena kalau latihan handak militer biasanya kami menyaksikan dari jarak kurang dari satu kilo,” celoteh salah satu siswa. (SYA/IDR)

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888