Akhir tahun 2015 Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya akan memulai
program ekonomi yang telah disepakati bersama yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Itu artinya mulai tahun 2016 nanti MEA sudah dipastikan berjalan. Dimana negara
Asean menjadi negara kesatuan pasar yang berbasis produksi.
Wacana MEA ini pun dijadikan tema seminar nasional yang diselenggarakan
oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA)
Universitas Subang pada Sabtu,
23 Mei 2015, di Bale Dahana, salah satu gedung yang dimiliki oleh perusahaan
bahan peledak milik negara yakni PT DAHANA (Persero).
Dalam paparannya, para narasumber yang terdiri dari akademisi dan
praktisi ini menggambarkan bagaimana kondisi yang akan dihadapi Indonesia nantinya.
Said Aldi Al Idrus, Rektor Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Perguruan Tinggi (HIPMI PT) menerangkan, hasil pengamatannya selama
berkeliling ke negara Asean, menurutnya hampir seluruh negara Asean sangat
terlambat dalam mensosilisasikan wacana MEA ini.
"Saya melihat 10 negara asean ini, sangat tidak masif dan sangat
lambat dalam mensosialisasikan MEA sampai ke level paling bawah yaitu
masyarakat. Pada akhirnya sampai saat ini masyarakat masih meraba-raba seperti
apa kondisi yang akan di hadapi saat pasar bebas mulai dijalankan,"
terang Said Aldi.
Sementara itu narasumber lainnya Ujang Cardha, salah satu dosen Hukum universitas Subang
menjelaskan bahwa dengan dijalankannya MEA nanti maka akan
ada kosekuensi yang akan dihadapi.
"MEA ini nampak seperti kerjasama dalam mengembangkan ekonomi, namun akan penuh dengan
persaingan," kata Ujang
Charda dalam presentasinya.
Kosekuensi yang akan dihadapi, menurutnya yaitu adanya aliran bebas
yakni bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas modal dan bebas tenaga
kerja.
Lebih spesifikasi, Ujang pun menerangkan peranan BUMN dan BUMD, yang
menjadi persoalan nanti kedepan yaitu regulasi hukum dari peranan BUMD, payung
hukum yang dimiliki BUMD masih dibatasi oleh peraturan Daerah (Perda) karenanya
BUMD harus seperti BUMN yang dipayungi oleh hukum dari pusat. Agar
merata antara daerah yang satu dengan daerah lainnya.
Untuk menghadapi MEA nanti, Bambang Heru Purwanto, Dosen Kopertis wilayah IV Jawa Barat. Menerangkan
beberapa hal yang perlu disiapkan mulai saat ini yakni harus siap berkompetisi,
memiliki komitmen, membangun
jejaring atau networking disertai doa agar sukses.
Bambang pun menerangkan bahwa nantinya tidak dan jangan pernah
mempertahankan produk unggulan. Pasar bebas harus dihadapi dengan keunggulan
inovasi.
"Kita jangan mempertahankan produk unggulan. Yang harus kita siapkan
adalah produk hasil inovasi-inovasi
baru yang terus berkelanjutan,"
terang Bambang.
Hal itupun diiyakan oleh Bayu Anggoro, Senior Manager PSDM & Organisasi PT DAHANA (Persero) yang ikut serta
menjadi narasumber seminar ini.
Bayu memaparkan
perusahaan DAHANA kali ini sudah menerapkan hal itu yakni selalu berinovasi
dalam mengembangkan produknya.
"Kita tidak pernah puas dengan produk unggulan. Kita senantiasa
terus berinovasi. Dan Dahana sudah memulai itu beberapa tahun kebelakang. Itu
kenapa kami siapkan Energetic Material Center agar terus bisa berinovasi," papar Bayu.
Peran DAHANA sebagai BUMN, kata Bayu Anggoro sudah siap menghadapi MEA.
Sistem-sistem
yang berlaku di Dahana sudah disiapkan dalam menghadapi pasar bebas dunia.
Sumber daya manusianya pun tengah disiapkan untuk bisa berkompetisi.
Nilai budaya yang diterapkan dilingkungan kerjapun sudah disiapkan untuk itu.
“DAHANA pun ikut
serta mendorong perekonomian masyarakat. Dengan PKBL nya Dahana senantiasa
berkomitmen ikut serta membangun para pelaku usaha kecil menengah agar mampu
bertahan dan berkembang,” pungkas
Bayu. (SYA)
No comments:
Post a Comment