DAHANA Jalin Kerjasama Inovasi Bahan
Peledak
Presiden
Jokowi membuka Forum Inovasi Nasional (National Innovation
Forum/NIF) 2015 di Graha Widya Bakti Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan. Forum ini merupakan ajang untuk mempromosikan pencapaian hasil-hasil inovasi
teknologi dari lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi
kepada dunia usaha dan masyarakat.
Menteri
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan, acara itu
juga untuk membangun interaksi antara pelaku penelitian, dunia usaha, pembuat
kebijakan dan masyarakat. “Kami mempromosikan hasil-hasil riset
dari lembaga litbang dan perguruan tinggi kepada dunia usaha dan masyarakat,” ujar Nasir.
Acara yang dihadiri mantan Presiden RI
Prof. BJ. Habibie itu diawali dengan penandatanganan MoU tentang pemanfaatan
teknologi antara sektor akademik dan swasta, disaksikan oleh Presiden Jokowi.
MoU terbagi dalam tujuh bidang fokus, yaitu pangan, energi, kesehatan dan obat,
transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, hankam, serta material maju
Dalam acara
ini, Manajemen PT
DAHANA (Persero) menandatangani kerjasama pengembangan inovasi bahan
peledak dengan mitra dihadapan Presiden RI Joko Widodo. Nota kesepahaman pertama antara PT DAHANA
(Persero) dengan PT Kasongan Bumi Kencana (KBK) dalam penerapan produk
teknologi DABEX For Reactive Ground (FRG). DABEX FRG yang diproduksi di Energetic
Material Center milik DAHANA di Subang ini merupakan solusi terhadap masalah di
site Tambang Emas Kasongan Bumi Kencana di Kalimantan Tengah.
“Di site tambang
emas tersebut, kondisi batuan memiliki sifat sangat reaktif sehingga menyebabkan
bahan peledak yang sudah ditanam meledak dengan sendirinya karena dipicu
perubahan reaksi tanah. Reactive ground
sendiri merupakan akibat dari kondisi batuan yang mengalami perubahan suhu
sangat cepat, karena dipicu medan listrik bumi atau faktor lain seperti panas
geothermal,” terang Bambang Agung, Direktur Operasi PT DAHANA
bersama Presiden Direktur PT Kasongan Bumi Kencana Gautama Hartarto sebelum
acara penandatanganan MoU.
Kerjasama
berikutnya antara PT DAHANA (Persero) dengan PT Adaro Indonesia dalam
penggunaan Mobile Manufacturing Truck (MMT).
MMT merupakan truk yang didesain khusus untuk mengolah bahan peledak di
site sehingga lebih efisien dari sisi waktu dan biaya. MMT hasil karya DAHANA ini digunakan oleh PT
Adaro Indonesia untuk mendukung kegiatan peledakan lapisan batuan penutup
batubara di Site Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan.
Untuk
memberikan gambaran utuh tentang MMT, PT DAHANA secara khusus menampilkan MMT
diarea luar pameran. “Kami sengaja
menampilkan MMT untuk menunjukkan buah karya anak bangsa langsung di hadapan
presiden,” tutur Bambang Agung yang didampingi oleh Direktur Teknologi &
Pengembangan Heri Heriswan dan Komisaris Marzan Aziz Iskandar di sela-sela
pameran.
Kerjasama
lainnnya terkait dengan industri propelan. Pertama, Kerjasama PT DAHANA (Persero) dengan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam pengembangan teknologi
dan Industri Propelan. Kedua, kerjasama
PT DAHANA (Persero) dengan perguruan tinggi (Institut Teknologi Bandung dan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) tentang penelitian dan pengembangan propelan. Ketiga, nota kesepakatan antara PT DAHANA
(Persero) dengan PT PINDAD (Persero)
terkait penyerapan produk propelan produksi PT DAHANA (Persero) oleh PT Pindad
(Persero).
Sebagaimana diketahui, pembangunan indutri
propelan merupakan bagian dari 7 program nasional kemandirian dalam alat utama
sistem persenjataan (alutsista) yang digagas pemerintah pusat. Propelan sendiri merupakan bahan pendorong
roket kaliber besar (MKB), dan munisi kaliber kecil (MKK). Senyawa propelan
tersusun atas fuel, oksidator dan aditif. Proses pengayaan senyawa tersebut menghasilkan
propelan base dengan fuel dan oksidator yang sudah terpadu dalam satu senyawa
kimia, antara lain Nitrocellulose, Nitroglycerine, Nitroguanidin. Propelan produksi DAHANA nantinya akan
menjadi komponen utama MKB dan MKK yang diperuntukkan untuk produksi
munisi ringan, meriam, peluru kendali balistik, kanon, roket antariksa, dan industri sipil
dan militer lainnya.
Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari
impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan
pertahanan NKRI.
Direktur Utama PT DAHANA (Persero), F.Harry
Sampurno mengatakan pembangunan Pabrik Propelan ini memiliki nilai yang sangat
strategis bagi kemandirian industri pertahanan. Sebagai tahap awal, propelan
yang akan diproduksi DAHANA hanya memenuhi jenis MKK. Pihaknya, sambung Harry,
baru bisa memproduksi MKB setelah tahap kedua rampung. “Pembangunan tahap
pertama akan mendorong kemandirian industri pertahanan dalam industri munisi kaliber
kecil, hal ini dikarenakan propelan merupakan komponen utama untuk munisi bagi
kebutuhan operasi TNI dan POLRI, dan memang menjadi kebutuhan yang mendesak
saat ini” ujarnya.
Harry menyebutkan, investasi pabrik yang
digadang-gadang sebagai industri propelan terbesar di Asia Tenggara ini memakan
biaya mencapai US$ 300 juta. Dalam investasi ini, Dahana memiliki saham sebesar
51%, dengan sisa kepemilikan saham lainnya dimiliki oleh mitra
perusahaan Perancis, Roxel dan Eurenco. Menyangkut pasar, Harry optimis pasar di
dalam negeri juga sangat potensial seiring pertumbuhan industri pertahanan di
dalam negeri. PT Pindad (Persero), kata Harry, menjadi pengguna propelan
terbesar dari DAHANA. “Kita buat bahan bakunya, nanti kita serahkan ke Pindad,
Pindad yang akan membuat munisinya," kata Harry. (jjs)
No comments:
Post a Comment