Sosialisasi kepada masyarakat sekitar dilakukan dengan cara memberikan kesempatan untuk menyaksikan secara langsung melalui tayangan pada monitor televisi.
“Seperti tayangan di televisi tadi, kami menjadi tak terlalu khawatir lagi dengan peledakan, karena tidak ada dampak apa pun bagi kami”, ujar Hasnah, 57 tahun.
Hal yang sama diungkapkan Junaidi, warga desa Salira. Menurut pria separuh baya yang sengaja diundang pada peresmian pembangunan PLTU ini merasa nyaman dan tidak cemas apalagi setelah menyaksikan tayangan langsung. Warga sepakat mempercayakan sepenuhnya pada pengalaman PT Dahana dalam operasi peledakannya selama ini. “Kami warga Desa Salira mendukung pembangunan (PLTU) di desa kami, dan diharapkan bisa meningkatkan ekonomi warga”, ungkap Junaidi.
Dalam sosialisasi yang dilaksanakan bersamaan dengan Peresmian dan Ground-Breaking Pembangunan PLTU Banten 1 x 660 MW (IPP), dari pihak PT Dahana dihadiri oleh Direktur Operasi, Budi Antono. Dalam pekerjaannya, PT Dahana selaku BUMN handak ini melakukan kontrak pekerjaan yang meliputi pembersihan lahan, land filling, loading dan blasting untuk meratakan sebagian bukit di pinggir pantai tak jauh dari PLTU Suralaya.
Pada proses peledakan pertama sekaligus sosialisasi tersebut, Budi Antono memaparkan standar keamanan. “Dalam proses blasting, timbul efek land vibration, flying stone, dan sound vibration”.
Dengan standar keamanan yang dimiliki PT Dahana, ketiga efek tersebut tak berpengaruh negatif terhadap kesehatan dan keamanan masyarakat Desa Salira. “Handak yang dipakai pun dalam ukuran kecil, sehingga mengurangi ketiga efek tersebut, meski frekuensi peledakanya bertambah banyak”, imbuh Budi Antono.
Sebelum sosialiasi dilakukan, warga desa yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda ini sempat khawatir dengan bergulirnya proyek yang sudah direncanakan sejak tahun 2006 ini. Beberapa kekhawatiran muncul seperti kerusakan jalan, keretakan rumah, pertanian, dan kerusakan sumber air. (Majalah Tambang Online)
No comments:
Post a Comment