Blog Dahana, Suatu kali seorang Direktur berkata pada General Manager. “Besok akan
ada gerhana matahari total pada jam sembilan pagi. Ini adalah kejadian
yang tak bisa kita lihat setiap hari. Untuk menyambut dan melihat
peristiwa langka ini, seluruh karyawan diminta untuk berkumpul di
lapangan dengan berpakaian rapi. Saya akan menjelaskan fenomena alam
ini kepada mereka. Bila hari hujan, dan kita tidak bisa
melihatnya dengan jelas, kita berkumpul di kantin saja."
General
Manager lantas meneruskan pesan sang Direktur pada manager yang di
bawahinya. “Sesuai dengan perintah Direktur, besok pada jam sembilan
pagi akan ada gerhana matahari total. Bila hari hujan, kita tidak bisa
berkumpul di lapangan untuk melihatnya dengan berpakaian rapi. Dengan
demikian, peristiwa hilangnya matahari ini akan dijelaskan oleh Direktur
di kantin. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari”,
kata General Manager.
Oleh
para Manager, perintah dari General Manager lalu diteruskan ke
Supervisor. "Sesuai dengan perintah Direktur, besok kita akan mengikuti
peristiwa hilangnya matahari di kantin pada jam sembilan pagi dengan
berpakaian rapi. Direktur akan menjelaskan apakah besok akan hujan atau
tidak. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari”, ujar
Manager di hadapan Supervisor.
Supervisor kemudian menyampaikan
pesan dari atasanya pada Koordinator Lapangan. “Jika besok turun hujan
di kantin, kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari, Direktur,
dengan berpakaian rapi, akan menghilang jam sembilan pagi”, kata si
Supervisor.
Oleh Koordinator Lapangan, pesan tersebut dikemukakan
di hadapan semua staffnya. “Besok pagi, pada jam sembilan, Direktur akan
menghilang. Sayang sekali, kita tidak bisa lagi melihatnya setiap
hari". Para staff yang mendengarkan perintah Koordinator Lapangan
kemudain saling berpandangan satu sama lain. Seorang staff spontan
berujar pada karyawan yang lain, “Memang dia sebaiknya pergi”, katanya.
Cerita
di atas menggambarkan bagaimana rumitnya memberi perintah agar dipahami
seluruh karyawan dalam sebuah perusahaan yang besar. Karena kerumitan
birokrasi, dan pemahaman setiap individu yang tak sama dengan individu
lainnya, butuh suatu seni manajemen seorang atasan memberi komando ke
bawahannya.
Tak semua sama dalam memandang visi misi
perusahaan yang telah dicanangkan pembuat kebijakan, apalagi dengan
struktur perusahaan yang gemuk. Sebuah perusahaan yang sedang melaju
cepat, harus terhambat, bahkan terhenti karena penafsiran yang salah di
lapangan. Seperti dalam sebuah biduk kapal, bagaimana mengarahkan
pendayung perahu mengayuh bersamaan dan searah. Kapal tak akan sampai
tujuan bila pendayung yang banyak jumlahnya tersebut mendayung
tanpa arahan pemimpin kapal.
Begitu pun dengan Dahana, dayung yang
terayun haruslah dengan arah yang sama supaya perusahaan ini dapat
mencapai tujuannya. Dari atas sampai ke level bawah. Dan memang
begitulah seharusnya….
Wednesday, October 24, 2012
Mengayuh Biduk Bersama Dengan Arah Yang Sama
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment