Anggaria Maharani
Beberapa karyawan PT
DAHANA mengikuti Kursus Juru Ledak Kelas dua di Bandung Jawa Barat. Acara yang
diselenggarakan oleh Tekmira ini berlangsung pada 20 – 24 Februari 2012 di
Pusdiklat Minerba Jalan Sudirman Bandung. PT DAHANA mengirimkan 15 orang peserta.
Nah, ada peserta wanita dari Dahana yang nyempil sendirian, bahkan dari total
peserta pelatihan yang berjumlah 69 itu adalah Anggaria Maharani, K3LH&Teknologi Subang.
Bagi Angga, begitu
ia dipanggil, mengikuti kursus juru ledak ini merupakan pengalaman pertamanya. “Ya, ini merupakan pengalaman pertama saya.
Menyenangkan sekali karena banyak ilmu yang diperoleh,” tuturnya kepada
redaksi.
Nama lengkapnya
Anggaria Maharani. Gadis kelahiran Lamongan ini bergabung dengan Dahana sejak
tahun 2010. Anak kedua dari dua
bersaudara ini memulai perjalanan kerjanya di Dahana sejak mengikuti masa Calon
Karyawan dan MT dengan mengitari unit kerja-unit kerja di Dahana. Dengan
basic Kimia, lulusan Kimia MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang
menyelesaikan kuliahnya pada 2009 lalu, lekat dengan urusan kimia pula di
Dahana.
Anggaria memulai
perjalanannya di Dahana di K3LH & Teknologi. Saat itu, Angga ditempatkan di Laboratorium
Kantor Pusat Tasikmalaya. Tugas pada masa Management
Trainee mengharuskannya menyambangi Unit Usaha Nonel di Subang, kemudian ke Divisi Minyak dan Gas
dan ke Site Project Karimun. Penempatan
pertama sebagai karyawan tetap di Unit K3LH & Teknologi.
Angga antusias
bercerita tentang pengalamannya mengikuti kursus juru ledaknya. “Acaranya lima hari, teori di kelas, praktek lapangan dan ujian
tulis dan lisan,” ceritanya.
Kebetulan untuk
prakteknya dilaksanakan di CV Panghegar
Bandung. “Banyak hal yang bisa didapat, dari mulai knowledge, dasar skill untuk di lapangan, sama attitude memperlakukan bahan peledak serta bekerja dengan bahan
peledak,” cerita Angga. “Serunya jadi tahu perangkaian juga,” Angga menambahkan dengan antusias.
Sebenarnya pada masa
Management Trainee dahulu, Anggaria
sempat ditempatkan di Site Project Karimun, Kepulauan Riau. Hanya saja, di site project tersebut Dahana hanya mengerjakan loading (DTH) saja
sehingga tidak sempat turut merangkai dan meledakkan.
Walaupun baru
bergabung dengan Dahana pada 2010 lalu, pengalaman kerja di Dahana
mengantarkannya berkecimpung di dunia bahan peledak. Hal tersebut membuat gadis yang semasa di
kampusnya aktif di Himpunan dan Workshop sangat menikmati pekerjaannya.
Baginya, suka dan duka di Dahana dijalaninya dengan enjoy. Banyak
hal yang bisa di dapat di Dahana, mulai dari pengetahuan tentang bahan peledak
yang tidak semua orang berkesempatan bersentuhan, sampai ke keluarga baru, dan
budaya baru. Dinamis dan colorfull..
“Kalau dukanya, paling tidak bisa bertemu keluarga sesering
mungkin, tapi disitu seninya, ditumpuk dulu kangennya..hehe,” katanya sambil tertawa.
Salah satu pengalaman yang berkesan selama di Dahana adalah
saat menjadi Miss Nonel. Loh kok bisa? “Karena saat itu jadi satu-satunya
karyawan MT perempuan di Unit Produksi Nonel,”
tuturnya lagi.
Selama menjalani pekerjaan di Pabrik Detonator jenis non
elektrik ini, Angga belajar dari teman-teman yang lebih muda dan how to manage people merupakan
pengalaman yang berharga selama di Nonel. Beralih kemudian kembali ke K3LH dan
Teknologi, memahami sebuah sistem yang memang diciptakan untuk membangun
kesadaran. Jika sistem dibentuk sedemikian
rupa bagusnya namun
tidak diaplikasikan pastinya menjadi sesuatu yang nihil tak bernilai. Begitupun
teknologi yang ada di Dahana, teknologi di DAHANA harus terus dikembangkan
karena pasar tidak hanya terbatas sampai disini dan kompetisi di luar semakin
kencang.
Kehadiran karyawati yang menggeluti bahan peledak tentunya kabar
baik dalam kampanye kesamaan gender. Di
Dahana inilah ditempa untuk menjadi matang, terlebih sekarang terdapat Energetic Material Center (EMC) yang
merupakan Pusat Penelitian dan Pengembangan bahan berenergi tinggi terbesar di
ASEAN.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletewah hebat,,,
ReplyDelete