Pages

Tuesday, February 7, 2012

Macet


Zulvy terlihat baru keluar dari toilet.  Sambil merapikan baju yang tidak rapi lagi seperti ketika berangkat dari rumah.  Zulvy menarik nafas dalam-dalam, "Huuuuuhhh.."

Tiba-tiba ada suara menyahut dibelakangnya, "Kesiangan Zul?," tanyanya sambil tersenyum.

"Kurang lebih seperti itu lah," jawabnya mesem sambil melirik jam di telepon genggamnya.

Semakin hari jalanan yang dilalui Zulvy semakin macet.  Waktu tempuh untuk jarak beberapa kilo saja dapat dicapai hampir satu jam dengan menumpang kendaraan roda empat.  Oleh karenanya, moda transportasi roda dua menjadi primadona.


Rupanya pangsa pasar pegawai dengan sepeda motor itu ditangkap oleh dealer.  Dengan uang muka dan persyaratan yang cenderung longgar peminat pun berduyun duyun.  Hasilnya, populasi motor di jalan raya semakin mendominasi.

Lihat saja catatan penjualan kendaraan roda dua di DKI Jakarta perharinya 1.200 unit, belum lagi mobil yang mencapai 256 unit per hari.   Bandingkan dengan pertambahan panjang dan luas jalan, sungguh tidak berbanding.  Dapat diibaratkan, pertumbuhan jalan raya deret hitung sedangkan pertumbuhan kendaraan roda empat mengikuti deret ukur. Jomplang.

Khalayak sempat dibuat tertegun ketika jebolnya situ gintung beberapa tahun lalu.  Selain kaget dengan peristiwa itu, juga seperti baru sadar ketika di rumah seorang tokoh publik pemerhati anak terdapat lebih dari lima mobilnya ikut terendam.  Bukan terendamnya, bagi khalayak kecil satu rumah dengan lima mobil sungguh luar biasa.

Nyatanya itu bukan satu dua yang begitu.  Banyak pejabat dan orang kaya di negeri ini memiliki jumlah mobil lebih dari tiga.  ada larangan untuk itu? Oh tidak.  Hanya saja ini dapat sedikit menjawab penyebab kemacetan yang semakin menggila. 

Ironi, di tengah kampanye menghadapi kemacetan namun roda konsumsi kendaraan justru meningkat.  Pemerintah seolah memakan buah simalakama, laju produksi kendaraan ditahan dianggap menghambat pertumbuhan perekonomian nasional, dibiarkan berarti menambah berat pekerjaan dalam menanggulangi dampak kemacetan.

Bayangkan lagi, mobil baru setiap hari keluar dalam jumlah banyak, mobil yang tidak bisa dipakai perharinya bisa dihitung jari.  Sudah menjadi tabiat orang kita yang kreatif, mobil tua yang sudah tidak karuan bentuk dan suaranya pun masih berkeliaran di jalan raya.  Sebenarnya kalau dinas terkait konsisten dengan aturan uji emisi sudah bisa dipastikan mobil-mobil tua tersebut tidak bakal lolos.

Satu lagi simpul kejelekan kita, seolah olah segalanya dapat dibeli, segalanya dapat diselesaikan dengan uang.  Lihat saja, pelanggar masih bisa leluasa berdamai dengan petugas, angkutan ngemel dengan aparat supaya bisa lewat atau ngetem tanpa ditilang.  Masih banyak lagi fenomena yang menyesakkan yang kadang lebih sengak daripada asap knalpot.

Slogan atasi kemacetan seolah menjadi utopia.  Masyarakat diajari untuk tertib berlalulintas, tinggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum.  Sementara para pejabatnya asyik dengan kenyamanannya sendiri.   Oleh karenanya, dalam pidato pejabat sering terdengar manis karena dapat bisikan dari anak buah yang ABS (Asal Bapak Senang).  Coba kalau turun langsung ke lapangan dan merasakan, mungkin nuraninya akan tergerak.  Bukankah kekuasaan ada ditangannya? Bukankah pengambil kebijakan ada padanya?

Ketika mengingat carut marut ini kita harus tersenyum.  Sikap putus asa tidak boleh dipiara.  Kita bisa lakukan dengan yang kita bisa.  Bukankah segala sesuatu itu bernilai ibadah ketika niatnya karena Allah?  Kita bersabar menunggu lampu hijau menyala sementara pengendara lain sudah menyerobot tancap gas akan bernilai ibadah.  Kita tidak dalam rangka pamer taat aturan, sebab kalau bukan dari individu yang memulai lantas siapa lagi?  Bukankah melakukan hal kecil tapi nyata lebih berguna ketimbang orang yang mulutnya besar tapi hanya membual, NATO. 

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888