“Tuhan tidak akan membawa aku
sejauh ini hanya untuk meninggalkan aku sekarang,” Begitulah arti terjemahan
bebas dari salah satu kutipan lirik lagu band legendaris The Beatles. Seperti yang diungkapkan oleh
pria asal Palembang kepada Dfile,
tentang perjalanan hidupnya hingga akhirnya ia berlabuh di ‘dermaga’ tambang PT
DAHANA (Persero). Dia adalah Thomas Adi Putera, yang menceritakan perjalanan hidupnya menekuni
dunia tambang.
Terlahir
sebagai anak ke-5 dari 6
bersaudara, tidak pernah terbesit sebelumnya akan pekerjaannya di dunia
pertambangan. Semua bermula saat hendak melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi. Ketika mendaftar Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), Thomas berharap akan diterima di jurusan kedokteran
atau dunia kesehatan, seperti mengikuti jejak kakaknya yang telah menjadi
dokter.
Namun,
nasib berkata lain Thomas hanya di terima
di jurusan pertambangan disalah satu Universitas di Palembang. Ia enggan untuk
menerimanya. Akhirnya kesempatan itu dibatalkan, dan sementara Thomas tidak memilih untuk berkuliah. Kemudian, pria berbadan kekar ini berputar
haluan, lebih memilih mengikuti seleksi untuk menjadi Polisi. Namun ternyata
tidak lulus.
Pada
tahun yang sama, ia pun mengikuti seleksi menjadi anggota TNI, berharap bisa
mengikuti jejak kakaknya yang kini menjadi seorang Perwira TNI Angkatan Laut.
Harapan itu pun ternyata musnah, seiring dinyatakan tidak lulus seleksi.
Tahun
berikutnya, Thomas kembali mengikuti ujian saringan Mahasiswa, SPMB. Ternyata
lagi-lagi ia diterima di Univeristas Sriwijaya, Palembang, pada program
pendidikan jurusan Pertambangan. “Ini mungkin sudah jalan Tuhan, saya
berkecimpung di dunia pertambangan,” ujar Thomas kepada Dfile. (19/1/2016)
Tahun
2012, mulailah Thomas bergabung dengan PT DAHANA (Persero) dan bekecimpunglah ia di dunia pertambangan. Pada Divisi Kuari dan Kontruksi Thomas mulai berkarya di
beberapa site kuari, salah satunya adalah di Site Semen Holcim, Tuban, Jawa
Timur. Hampir dua tahun ia bertugas Site Semen Holcim, hingga akhirnya pada
akhir tahun 2016, Thomas ditugaskan ikut serta menggarap mega proyek pemerintah
membangun jalan tol Trans Sumatera.
Awalnya,
Thomas sempat ragu dan bingung dengan tugas barunya, karena sebelumnya ia tidak
pernah berkecimpung di bidang kontruksi, “Sempat ragu juga ditugaskan disini,
saya kan belum pernah terlibat pada pekerjaan kontruksi. Tapi seiring waktu
saya bisa belajar dari pengalaman disini, dan banyak rekan kerja yang mau
diajak sharing,” katanya.
Ikut
terlibat dalam pengerjaan mega proyek pemerintah, Thomas merasa berbangga hati,
karena menjadi bagian orang-orang
yang ikut serta dalam pengerjaan program pemerintah, “Bangga juga si ditugaskan disini, ini
kan program pemerintah, dan saya salah satu orang yang ikut dalam program ini,”
ujar Thomas.
Berbeda
dengan sebelumnya, kini tugas yang dijalani adalah bagian dari bidang
kontruksi, yaitu peledakan konstruksi pembuatan jalan tol. Dimana
pada pembangunan jalan tol Trans Sumatera, DAHANA melalui Divisi Kuari dan
Kontruksi mengerjakan proyek peledakan Sembilan bukit batu yang harus
diratakan.
Menurut
Thomas, dalam tugasnya saat ini sangat berbeda dengan lingkungan pekerjaan
sebelumnya, yakni di site kuari. Selain terkait lingkungan, proses kerja yang
dilakukannya juga berbeda, “Pada proyek jalan tol ini yang dituntut adalah
kecepatan, ini pun terkait permintaan Presiden yang meminta pembangunan jalan
tol harus dipercepat,” ungkap Thomas.
Dalam
melakukan tugasnya yang dituntut serba ketepatan dan kecpatan ini, Thomas
bersama tim DAHANA lainnya pernah harus berhadapan dengan kondisi yang tidak
mendukung, dimana ada beberapa spot
peledakan yang memang rawan bersinggungan dengan comunity, “Ada beberapa lokasi peledakan memang berdekatan dengan
pemukiman. Tapi sebelumnya kita sudah melakukan sosialisasi dengan warga
masyarakat setempat,” terang Thomas.
Pada
suatu hari saat tengah melakukan blasting,
melalui pesawat radio terdengar kabar sekelompok orang melakukan protes dengan mendatangi lokasi peledakan,”Mereka
pada bawa senjata parang, dan mendatangi kami,” terang Thomas.
Akhirnnya
dilakukanlah diskusi, duduk bersama mendengar aspirasi yang diinginkan. Thomas akhirnya
merasa beruntung saat melakukan diskusi, saat tahu orang yang dihadapinya sama-sama
satu suku yaitu Komering. Suku Komering
adalah satu klan dari Suku Lampung yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak yang telah lama
bermigrasi ke dataran Sumatera Selatan.
“Ternyata
kami masih satu suku, ini sangat memudahkan saya untuk berkomunikasi dan
membangun emosional,” aku Thomas.
Mendengar
pendapat dan permintaan warga, akhirnya diputuskanlah, ada satu hari yang
dilarang untuk dilakukan proses peledakan, sesuai dengan keinginan Community. Namun untuk melakukan kinerja
sesuai dengan target percepatan, maka tercetuslah metode peledakan yang baru
pertama dilakukan oleh DAHANA, yaitu Sleep
Blast, “Jadi pada hari itu kita tetap melakukan drilling dan holding,
namun proses peledakannya ditangguhkan di esok harinya,” terangnya.
Bekerja
di dunia tambang, menurutnya memang tidak mudah, banyak hal yang perlu diperhatikan,
apalagi berkaitan dengan peledakan. Karenanya, ketepatan, ketelitian dan safety harus menjadi perhatian, “Banyak
hal yang selalu kita dapati di lapangan, tentunya kita harus terus berusaha dan
belajar dari pengalaman. Kita hanya perlu meyakini hadirnya kita disini, dan
melakukan tugas ini tentu karena kehendak-Nya, dan harus yakin kita bisa, Tuhan
tidak akan begitu saja meninggalkan kita,” pesannya. (sya)
No comments:
Post a Comment