Anjloknya harga komoditas batu bara dan
minyak membawa konsekuensi tersendiri buat perusahaan yang selama ini
mengandalkan pendapatannya dari tambang. Hal ini pula yang dialami PT DAHANA
(Persero) yang juga memiliki lini bisnis sektor migas dan batubara.
Namun, kondisi sulit tersebut tak lantas
membuat BUMN bahan peledak ini tak bisa beradaptasi dengan keadaan. Inovasi dan
pengembangan usaha jadi kunci keberhasilan DAHANA yang hingga kini masih jadi
bertahan sebagai perusahaan negara yang bonafit.
Direktur Utama PT DAHANA, Budi Antono
mengungkapkan, percepatan pembangunan infrastruktur di era pemerintahan
Presiden Jokowi jadi angin segar pada prospek bisnis perusahaan tahun 2016, di
tengah melesunya komoditas tambang yang jatuh di titik terendah dalam beberapa
tahun.
Budi mengibaratkan, Divisi Kuari dan
Konstruksi akan jadi anak emas perusahaan tahun ini, dan beberapa tahun
mendatang. Tak lupa, berbagai inovasi dan strategi bisnis dirancang guna
menghadapi persaingan di sektor kuari dan konstruksi yang semakin dinamis.
“Pemerintah sudah mencanangkan komitmen
alokasi infrastruktur dari APBN-P 2016 sebesar Rp 313,5 triliun. Besarnya
anggaran infrastruktur dipastikan masih akan berlanjut hingga 4 tahun ke depan
bila berkaca pada janji kampanye pemerintahan Presiden Jokowi,” kata Budi pada Dfile.
Proyek-proyek infrastruktur tersebut meliputi
pelabuhan, jembatan, waduk, terowongan, dan jalan. Ini belum menghitung proyek
penambahan pembangkit listrik hingga 35.000 megawatt (MW), atau hampir dua kali
lipat dari pembangkit existing saat ini.
Pengalaman DAHANA jadi modal utama perusahaan
bersaing dengan kontraktor asing di Indonesia. Budi menyebut, saat ini saja
sektor konstruksi DAHANA bisa mempertahankan market share sekitar 40%. Jumlah
tersebut dirasakan masih kecil buat Dahana.
Kegiatan jasa peledakan di sektor konstruksi
yang biasa dilakukan umumnya terkait dengan pembuatan bendungan dan Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) seperti pengerjaan pembuatan diversion tunnel,
saluran pembawa, power house, dan pembuatan jalan.
Subsektor lain yang menjadi dominan DAHANA
adalah proyek-proyek konstruksi seperti penghancuran bangunan (building demolition),
underwater blasting dan kontrol peledakan lainnya. Prinsip pekerjaan demolisi
adalah menggunakan bahan peledak dalam jumlah sedikit untuk melemahkan struktur
bangunan, sehingga bangunan akan runtuh karena bebannya sendiri.
“Untuk itu, demi meningkatkan kompetensi dan
diferensiasi divisi kuari konstruksi perlu kiranya mengambil proyek demolisi,”
ujar Budi.
Budi mencontohkan, proyek infrastruktur skala
besar yang saat ini tengah dikebut pemerintah adalah ruas jalan Tol Trans
Sumatra. Jalan Tol Trans Sumatera sendiri
adalah sebuah jalan tol yang memiliki panjang 2.818 km yang menghubungkan
Lampung sampai Aceh di Pulau Sumatera.
Jalan tol ini dikerjakan sejak 2012 dan diperkirakan akan menelan dana
sebesar Rp150 triliun.
“Soal pembuatan jalan tol, DAHANA telah
berpengalaman dalam mendukung proyek pembangunan jalan tol, salah satunya
pembangunan tol Cipali,” terang Budi.
Saat pemangunan jalan tol terpanjang di
Indonesia tersebut, DAHANA berkontribusi besar dalam pembukaan lahan perbukitan
yang jadi salah satu kendala utama kelanjutan proyek tol. Seperti yang terjadi
di Desa Ciwaringin, Cirebon.
Kontraktor tol terpaksa mengalihkan rute tol
memutar karena mendapat penolakan keras dari masyarakat sekitar, konsekuensinya
harus menghancurkan bukit batu yang oleh masyarakat setempat dinamai Bikit
Salam.
“Untuk memuluskan proyek Jalan Tol Cipali, PT
PP (Persero) sebagai pelaksana proyek menggandeng PT DAHANA (Persero) untuk
meratakan bukit tersebut. Itu berawal
saat perwakilan PT PP berkunjung ke Kantor Manajemen Pusat DAHANA,” jelas Budi.
Incar Proyek
Pembangkit Listrik Hingga Jalan Tol
General Manager Divisi Kuari dan Konstruksi
DAHANA, Asep Maskandar mengungkapkan, sejumlah pengalaman di proyek konstruksi
dan kuari di banyak sektor infrastruktur yang berhasil dengan memuaskan jadi
modal DAHANA bersaing di pembangunan infrastruktur domestik.
“Mulai tahun 2016 ini, sektor konstruksi akan
booming dan utamanya di pembangunan infrasruktur akan menggunakan jasa
peledakan lebih banyak lagi. Proyek ini diantaranya jalan tol, waduk, dan
pelabuhan,” tutur Asep.
Tak tanggung-tanggung, divisi yang
dipimpinnya bahkan menargetkan bisa menggarap 10 proyek di awal tahun. Sebagian
besar masih berfokus menyasar penambahan pembangkit yang dicanangkan bisa
bertambah menjadi 35.000 megawatt (MW) hingga 2019.
“Tahun ini akan ada puluhan proyek baru yang
akan dimulai pekerjaannya, dan kami optimis dapat meraih paling sedikit 10
proyek baru di tahun 2016 ini, baik proyek besar maupun kecil. Terutama proyek
– proyek yang mendukung pengadaan 35.000 MW kelistrikan,” katanya.
Infrastruktur pembangkit yang berhasil
dirampungkan DAHANA baru-baru ini adalah PLTU Banten berkapasitas 1x660 MW.
Dalam proyek yang berlokasi di Desa Salira, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten
Serang tersebut, DAHANA mengerjakan peledakan bukit untuk perluasan unit
pembangkit.
Selain sukses ‘memindahkan bukit’, DAHANA
juga menepis kekhawatiran masyarakat sekitar akan dampak peledakan di Pantai
Salira. Dengan pengalamnnya, perusahaan yang lahir Tasiklmaya ini menggunakan
tekhnik peledakan yang meminimalkan dampak negatif dinamit, seperti getaran,
hingga batu terbang.
“Oleh karena sifat dari proyek konstruksi (
infrastruktur ) ini memerlukan keahlian khusus dalam pengerjaannya, maka
peluang DAHANA sangat besar untuk meraihnya. Ditambah lagi dengan penggunaan
teknologi bahan peledak terkini, seperti non-elektrik (nonel) yang sangat membantu
dalam pelaksanaan peledakan yang ramah lingkungan,” terang pria yang sebelumnya
menjabat Sekretaris Perusahaan ini.
Selain proyek pembangkit, sambung Asep,
pihaknya juga mengincar jasa peledakan dalam pembangunan ruas tol Trans
Sumatra. Saat ini, diakui Asep, divisinya sudah mengantongi kontrak dari BUMN
karya yang mengerjakan jalan tol tersebut.
“Awal tahun ini kami sudah dapat penunjukan
untuk pengerjaan peledakan di proyek tol Trans Sumatera. Proyek ini termasuk besar dan prestise buat DAHANA
karena kita bersama-sama dengan BUMN karya yang mengerjakannya,” ungkap Asep.
Dia melanjutkan, proyek lain yang sebenarnya
belum banyak digarap perusahaan adalah sektor domolisi (penghancuran gedung).
Meski tergolong pemain baru, beberapa permintaan demolisi bisa dikerjakan
dengan sangat baik oleh Divisi Kuari dan Konstruksi DAHANA. Seperti yang
terjadi dalam penghancuran pabrik semen Holcim di Cilacap, Jawa Tengah.
“Dengan sedikit inovasi penggunaan bahan
peledak yang dipakai, operasi meratakan silo pabrik semen bisa dilakukan hampir
tanpa cela. Namun, bukan berarti DAHANA tidak menemui kesulitan dalam proyek
tersebut, perencanaan tingkat kesulitan di awal dengan memperhitungkan
kerapatan, struktur tulang, dan titik pengeboran, jadi kunci sukses DAHANA di
proyek itu,” papar Asep.
Asep melanjutkan, inovasi dan pengembangan
aplikasi bahan peledakan juga yang jadi kunci keberhasilan DAHANA di proyek
waduk terbesar di Asia Tenggara, Bendungan Jatigede. “Kesulitan terbesar selama
proses tunneling berlangsung adalah struktur tanah perbukitan di Jatigede yang
labil, sehingga sering terjadi sliding (longsoran tanah) ketika proses blasting
berlangsung,” ungkap Asep.
Dalam proyek Waduk Jatigede, PT Dahana
menjadi subkontraktor 2 proyek sekaligus, yakni kuari dan tunneling yang
dikerjakan PT Waskita Karya. Tunneling sepanjang 520 meter, dengan diameter
tengah 14 meter dikerjakan PT Dahana dalam waktu 20
bulan, yang artinya
PT Dahana menyelesaikan
proyek tunneling sesuai tenggat waktu yang ditentukan
kontraktor pelaksana.
No comments:
Post a Comment