Pages

Tuesday, July 14, 2015

Belajar Dari Nokia

Jika waktu bisa dikembalikan ke awal tahun 2000-an, hampir tidak ada orang yang memprediksi raksasa telepon genggam, Nokia, bakal mengalami kejatuhan. Pelopor teknologi GSM dunia ini hampir tanpa pesaing sepadan. Nokia menjadi produsen telpon genggam terbesar sejak tahun 1998. Perusahaan asal Finlandia ini menjadi penguasa tunggal 35% pasar telepon genggam global saat itu. 

Sampai tahun 2011. Datanglah iPhone dan Android sebagai operating system dari Google untuk perangkat handphone canggih smartphone. Nokia kalah bersaing dengan Samsung dalam total unit yang terjual dan Apple sebagai produsen smartphone terbanyak di tahun 2012. Harga saham Nokia jatuh dari sebesar US$ 40 menjadi hanya tinggal US$ 3  saja di tahun 2012.
Nokia merasa kesulitan untuk berubah dan terus kalah. Perubahan dirasa sulit karena budaya organisasi dan nilai-nilai yang menjadi DNA perusahaan sangat susah untuk bertransformasi. Nokia berasal dari perusahaan manufaktur yang mengutamakan efisiensi dan keteraturan yang analitis. Nokia menjadi kurang fleksibel dalam mengikuti perkembangan.
Organisasinya menjadi begitu birokratis dan lambat untuk mengantisipasi perubahan yang berjalan dengan cepat di bidang teknologi telekomunikasi. Kreativitas dinilai kurang dihargai dalam budaya organisasi dibandingkan efektivitas dalam berproduksi.
Nokia memang bisa membuat perangkat teknologi yang direkayasa secara industri dengan baik. Komputer tablet misalnya, Nokia telah membuatnya lima tahun yang lalu tapi gagal karena tidak memiliki banyak aplikasi, layar yang resistif, dan kombinasi sofware yang tepat seperti pada tablet Android atau pengalaman penggunaan yang menyenangkan seperti pada iPad.
Transformasi budaya organisasi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya amatlah sulit bagi perusahaan-perusahaan besar, khususnya yang sudah berdiri lama. Lingkungan kerja yang sudah lama terbentuk, etika perilaku para karyawannya, etos dan prosedur kerja yang sudah menjadi suatu proses yang tertanam sebagai DNA perusahaan.
Dari kondisi di atas, DNA transformasi perubahan bisa dilakukan hanya ketika organisasi perusahaan berjalan dinamis dan fleksibel, meleluasakan karyawan perusahaan untuk berkreativitas menciptakan inovasi untuk kelangsungan perusahaan.
Seperti halnya Nokia, BUMN memiliki karakteristik yang hampir sama. Didirikan atas dasar konsep melayani negara dan menjadikan hal tersebut sebagai konsep baku yang menjadi DNA perusahaan, membuat sejumlah perusahaan plat merah sulit berkembang, merugi, dan akhirnya kegagalan perusahaan dikambing hitamkan pada segala keterbatasan tersebut meski terus menerima suntikan modal. 
Satu alasan yang tidak ditemukan pada BUMN-BUMN yang bisa mengikuti arus zaman,  menciptakan organisasi yang fleksibel, dengan kepemimpinan perusahaan yang memiliki pandangan jauh ke depan sebagai inti DNA. Membuat keterbatasan BUMN yang tersekat aturan negara, menjadi perusahaan bonafit yang ikut memperbaiki ekonomi negara, dan mungkin DAHANA adalah salah satunya.

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888