Pages

Friday, December 12, 2014

Kewirausahaan



Oleh:  Erman Abdurahman, Manajer Perencanaan dan Evaluasi

…..kalau begitu pertanyaan saya ganti: “Anda diangkat sebagai karyawan Dahana melalui keputusan Direktur Utama kan? Nah sekarang jika keputusan tersebut dicabut anda siap mandiri tidak?”


Kalimat Kewirausahaan  sering kita kenal semasa kita duduk dibangku kuliah karena merupakan salah satu mata kuliah yang wajib kita ikuti di fakultas ekonomi. Dan sekarang kalimat tersebut nampaknya terlupakan begitu saja dan disibukan oleh rutinitas kita sehari-hari sebagai seorang pekerja. 


Kalimat tersebut seolah-olah muncul lagi begitu kita akan memasuki masa purna bakti.   Para ahli mengartikan kalimat kewirausahaan (entrepreunership) dengan arti yang berbeda-beda namun pada prinsipnya merupakan ide inovatif dalam menjalankan sesuatu didalam menghadapi ketidakpastian.

Lalu kita harus bagaimana bersikap dengan kondisi kita sebagai seorang pekerja yang hampir seluruh waktu kita tersita dengan kegiatan rutinitas? Saya jadi teringat kejadian yang dialami sekitar tahun 1986, kurang lebih baru sekitar 2-3 bulan saya diterima Dahana (waktu itu masih berstatus perusahaan umum).  Waktu itu, saya diikutsertakan perusahaan untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan sesuai undangan dari Kadin Jabar (waktu itu Dirut Perum Dahana menjabat juga sebagai Ketua Kadin Kab Tasikmalaya). 

Sebelum pelatihan di mulai, seperti biasa masing-masing peserta memperkenalkan diri, dan pas giliran saya memperkenalkan dari Dahana, langsung instruktur yang sekarang jadi pakar marketing berkata “Nah ini dia perusahaan pemegang monopoli bahan peledak di Indonesia” dan beliau langsung bertanya: “Jika keputusan Presiden yang mengatur tata niaga bahan peledak di Indonesia itu di cabut apa Dahana masih bisa hidup?”

Saya jawab belum bisa menjelaskan berhubung baru diangkat sebagai karyawan dan beliau langsung berkata  kalau begitu pertanyaan saya ganti: “Anda diangkat sebagai karyawan Dahana melalui keputusan Direktur Utama kan? Nah sekarang jika keputusan tersebut dicabut anda siap mandiri tidak?”

Dengan pertanyaan kedua pun saya masih belum bisa menjawab, lalu beliau bertanya lagi: “Kalau begitu kapan anda siap?” lalu beliau menjelaskan lebih detail, waktu itu berlalu sangat cepat, masa-masa kita di SMP dan SMA serasa kemarin.  Terus saya balik bertanya: “lalu sekarang langkah kita harus bagaimana?” dan beliau menjawab dengan singkat  “berinvestasi lah…!” .

Begitu juga dengan kondisi kita sekarang, rasanya baru kemarin kita mendapatkan keputusan pengangkatan sebagai karyawan, namun kenyataannya tinggal beberapa lama lagi kita akan memasuki masa pensiun.

Untuk menjadi seorang wirausaha tentunya harus ada modal dan kemauan atau tekad yang kuat dari diri seseorang, Baiklah kita kupas permasalahan tersebut satu per satu. 

Untuk mendapatkan modal tentunya harus ada pengorbanan dari pelaku usaha, karena kita sebagai seorang pegawai tentunya sukar untuk mendapatkan tambahan modal karena waktu kita sudah habis tersita di kantor, namun demikian kita coba telaah apa yang diperintahkan instruktur pelatihan bahwa kita harus berinvestasi.   

Instrumen investasi yang ditawarkan saat ini bermacam-macam.  Ada yang berinvestasi berupa: Deposito, investasi di pasar saham dan ada juga investasi di emas serta investasi di property/tanah.   Investasi di deposito saat ini kurang menguntungkan karena tingkat inflasi lebih tinggi dari suku bunga deposito, kemudian investasi di saham atau emas permasalahannya adalah kita tidak dapat mengontrol harga pasar dari saham dan emas, jadi investasi yang sangat menguntungkan menurut hemat saya disini  kearah properti.

Pengertian properti disini baik gedung maupun tanah, mengapa demikian? Karena disamping kita mendapatkan capital gain dari penambahan nilai tanah/bangunan kita juga bisa mendapatkan cash flow dari tanah/bangunan tersebut misalnya disewakan serta  atas tanah tidak dilakukan penyusutan, juga untuk mendapatkan properti kita tidak harus mengeluarkan uang senilai dari harga properti tersebut dan cukup hanya untuk uang muka saja.

Kesadaran melakukan investasi harus muncul dari diri sendiri  dan kita  harus coba berkorban yakni menunda kesenangan (delaying gratification)   pembelian barang konsumtif  dialihkan ke pembelian barang yang lebih produktif. Apakah berarti kita dilarang bersenang-senang? Bukan, menunda kesenangan bukan berarti harus menderita, kita harus mencari strategi agar kita bisa tetap berinvestasi untuk masa depan tanpa harus menderita.   
 
Sekarang apa hubungannya investasi dengan kewirausahaan? Seperti kita ketahui bersama, faktor utama untuk dapat menjadi seorang wirausaha tentunya harus ada modal bukan? Dengan beberapa  investasi yang telah kita lakukan terutama dengan adanya capital gain atas aset yang kita miliki, kita dapat mendapatkan tambahan modal, sehingga dari tambahan modal tersebut kita bisa melakukan suatu kegiatan usaha dan tentunya yang kita harapkan adanya cash flow yang surplus.

Mengingat pentingnya investasi, hal tersebut  saya coba terapkan dengan jalan mengambil rumah  dan dengan hanya membayar uang muka sebesar  30 juta rupiah kita sudah bisa memiliki sebuah rumah.  Dan rumah tersebut tidak saya tempati tetapi langsung dikontrakan, jadi untuk pembayaran angsuran bulanan dari hasil kontrakan tersebut.  Beberapa tahun kemudian rumah tersebut laku senilai 875 juta rupiah, jadi dalam beberapa tahun kita mendapatkan Capital gain sebesar 845 juta rupiah tanpa harus bekerja. 

Juga investasi dalam tanah saya lakukan  di sekitar tahun 2005, waktu itu ada yang menawarkan tanah masih di wilayah Kota Tasikmalaya dengan harga hanya  100.000 rupiah per tumbak dengan luas 400 tumbak (5.600 m2).   Jadi nilai pembelian sebesar  40 juta rupiah, karena ingat akan pentingnya berinvestasi maka saya beli tanah tersebut dan langsung saya tanami kayu merbau. 

Mengapa kayu merbau yang dipilih? Kayu merbau merupakan tanaman yang hidupnya dihutan dan termasuk kayu keras sehingga tidak memerlukan pemupukan serta tidak memerlukan biaya operasional.  Saat itu jalan menuju ke sana sangat jelek sehingga banyak orang yang tidak tertarik membelinya, namun sesuai dengan perkembangan  tanah tersebut sudah ditawar 1 juta rupiah per tumbak, berarti apabila kita jual maka kita akan mendapatkan capital gain sekitar 360 juta rupiah dalam kurun waktu beberapa tahun.

Namun saya tidak menjualnya karena hasil dari kayu merbau jika dipanen kelak akan mendapatkan keuntungan yang besar dimana sekarang jenis kayu merbau harganya mencapai 8 – 19 juta per m3 sehingga kita mendapatkan cukup modal untuk kegiatan wirausaha. Setelah kita mendapatkan tambahan modal tersebut, baru kita melangkah untuk melakukan kegiatan kearah wirausaha yakni menciptakan suatu kegiatan usaha yang mendapatkan cash flow yang surplus.

Masalah yang paling besar yang dialami untuk menjadi seorang wirausaha adalah adanya semacam keragu-raguan untuk melangkah ke sana, dan untuk menghilangkan keragu-raguan tersebut memerlukan keberanian untuk mengambil keputusan. Selama beberapa tahun saya menjadi anggota tim PUKK  atau bahkan  menjadi ketua PKBL, tampaknya hanya faktor keberanian yang merupakan faktor terpenting untuk menjadi seorang wirausaha. Walaupun tingkat pendidikan mereka relatif rendah tapi toh mereka mampu menjadi pengusaha dan kehandalan mereka terbukti walaupun diterpa resesi ekonomi, mereka tetap tegak berusaha.

Untuk pemilihan jenis usaha yang akan dilakukan, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan diantaranya :
1.                  Bidang usaha yang akan dilakukan hendaknya merupakan kegiatan yang disukai (hobi) sehingga dapat dijalani dengan senang hati.
2.                  Karena kita sebagai karyawan tentunya pola penerimaan hasil harus seirama dengan sewaktu kita masih aktif (misalnya membuat rumah kontrakan dan lain sebagainya) yang pembayarannya dilakukan setiap bulan.
3.                  Perlu adanya mental yang kuat, untuk mendapatkan pola mental yang kuat dapat diperoleh dengan mengikuti workshop, seminar atau pelatihan.
4.                  Lakukan secara teratur evaluasi baik bulanan maupun tahunan serta bandingkan antara target dengan realisasi dan apabila ada deviasi lakukan segera evaluasi.
5.                  Yang terakhir adalah tidak lupa ber do’a.

Itulah sedikit tulisan dan semoga dapat dijadikan sebagai masukan serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment

 

PT DAHANA

Jakarta Office:
Menara MTH, Lt.17
Jl. MT. Haryono Kav.23
Jakarta 12820
Indonesia
Telephone +62 21 837 823 17
Facsimile +62 21 837 823 27

PT. DAHANA

Head Office:
Energetic Material Center
Jl. Raya Subang - Cikamurang Km. 12 Cibogo
Subang 41285, Jawa Barat
Indonesia
Telephone+62 260 742 3333
Facsimile+62 260 742 3888