Jakarta -Pemerintah meresmikan dimulainya
pembangunan pabrik bahan baku utama munisi kaliber besar dan munisi
kaliber kecil di area Energic Material Center di PT Dahana (Persero),
Subang, Jawa Barat.
Pabrik baru ini akan memproduksi propelan,
propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru
kendali hingga untuk amunisi.
Pendirian pabrik propelan pertama di
Indonesia ini merupakan kerjasama antara Badan Usaha Milik Negara PT
Dahana dengan produsen propelan asal Prancis, yaitu Eurenco dan Roxel.
Acara
peresmian ini dihadiri oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro,
Menteri Perindustrian MS Hidayat, Dirut Dahana Harry Sampurno, Direksi
BUMN strategis hingga perwakilan pemerintah Prancis.
Purnomo pada
acara peresmian ini menerangkan pembangunan pabrik propelan pertama ini
merupakan wujud kemandirian di dalam pemenuhan alat utama sistem
senjataan (alutsista).
Kerjasama dengan produsen dunia merupakan
program transfer teknologi (Transfer of Technology) ke PT Dahana.
Manfaat lainnya adalah adanya penghematan devisa karena selama ini
industri pertahanan mengimpor 100% propelan.
"Kita nggak lagi
tergantung negara lain. Kita bisa pakai produknya bahkan diekspor. Ini
aspek kemandirian. Ini bisa untuk kebutukan high explosive, misil,
roket, amunisi," kata Purnomo saat acara groundbreaking Pabrik Propelan
di area EMC PT Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).
Pada
kesempatan itu, Purnomo memberi pesan agar Direksi Dahana memperhatikan
ketersediaan aspek bahan baku untuk memproduksi propelan. Bahan baku
harus ada di dalam negeri sehingga saat pabrik beroperasi maka
keberlanjutan produksi propelan bisa berjalan.
"Itu tantangan bagi
Dirut Dahana. Ini digarisbawahi. Faktor produksi atau raw material.
Kalau ini nggak tepat dengan spesifikasi teknis maka nanti bahan baku
impor," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat
menerangkan pembangunan pabrik propelan memang yang pertama di
Indonesia. Pihaknya berkomitmen mendukung industri strategis dalam
negeri agar Indonesia bisa terhindar dari embargo produk pertahanan
impor.
Selain itu, pemerintah akan memberikan insentif karena
produk pertahanan secara ekonomi dan finansial masih tidak layak untuk
fase-fase awal. Investasi untuk membangun pabrik propelan ini sangat
besar. Pembangunan pabrik propelan ini memerlukan dana mencapai US$ 300
juta sampai US$ 400 juta.
"Kemenperin beri insentif. Industri pioner dapat tax holiday. Ada bebas biaya masuk," sebutnya.
Sedangkan
Dirut Dahana Harry Sampurno mengatakan pihaknya dari Dahana pada tahap
awal akan memprioritaskan produksi propelan untuk munisi kaliber kecil.
Pembangunan pabrik propelan fase I akan tuntas dalam 3 tahun ke depan.
"Mulai produksi tahap pertama. Ini selesai selama 36 bulan. Kapasitas produksi total mencapai 800-1.000 ton per tahun," katanya.
Alasan
menggandeng Roxel dan Eurenco karena selama ini industri pertahanan
Indonesia mengimpor produk propelan dari produsen propelan asal Prancis.
Produsen
propelan tersebut juga bersedia berbagi ilmu hingga memberi keleluasaan
kepada PT Dahana untuk menjual propelan ke pasar domestik dan
internasional jika telah berproduksi.
Sumber :
http://finance.detik.com/read/2014/10/10/124338/2715202/1036/2/gandeng-prancis-bumn-ini-bangun-pabrik-bahan-baku-roket-pertama-di-ri
Friday, October 10, 2014
Gandeng Prancis, BUMN Ini Bangun Pabrik Bahan Baku Roket Pertama di RI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment