Tak mau ketinggalan dengan para partisipan calon anggota dewan, tokoh-tokoh nasional yang sudah mendeklarasikan sebagai presiden ikut memenuhi jalanan kota. Menampilkan wajah ramah senyum plus kopiah seolah menawarkan solusi dari carut-marutnya negara. Iklan di layar kaca mulai menayangkan berbagai kalangan tokoh nasional. Sambil menggendong cucunya, sang ketua partai tersebut bermaksud menonjolkan kesederhanaan dan kesahajaannya dalam keluarga.
Politik umbul-umbul, begitu Bambang Agung mengistilahkan “lebaran politik” yang saat merambah di seantero negeri. Direktur Pengembangan dan Tekhnologi PT DAHANA (Persero) ini angkat bicara mengenai percaturan politik saat ini. Bukan malahan menjadi momen perbaikan, semangat demokrasi justru menjadi ajang menelanjangi makna berpolitik.
Menurut Bambang, proses demokrasi yang ada di Indonesia saat ini belumlah matang. “Hal ini mengakibatkan politikus lebih mengedepankan citra politik, bukan tindakan dalam bentuk integritas politik yang serius,” ujar Bambang. Efek dari pencitraan ini pula yang menciptakan perjuangan politik hanya sebatas politik umbul-umbul.
Namun meski bersikap acuh terhadap calon-calon politik yang mulai muncul ke permukaan. Direktur yang juga seniman musik ini tidak apatis terhadap proses politik. “Anggap politik seperti kita mendapat undangan nyoblos kepala desa, minimal ada partisipasi kecil dalam usaha perbaikan kondisi negara,” papar Bambang.
Ia menilai, politik umbul-umbul tidak mendidik masyarakat dalam berpolitik. “Di gambar tokoh calon yang tersenyum, kelihatan anggun, kita tak tahu track recordnya, pendidikannya, pengalaman, dan kepribadian lainnya. Untuk calon presiden di tahun 2014 mendatang, Bambang pun mengaku saat ini belum mengantongi calon yang sesuai kriterianya. “Silakan berpolitik, namun tak perlu larut dalam euforia umbul-umbul tadi,” tutupnya. (IDR
No comments:
Post a Comment