Thursday, May 16, 2013
Wednesday, May 8, 2013
Dahana Garap Kuari di Belitung
Dahana, Dua
tahun belakangan, Divisi Kuari & Konstruksi PT DAHANA (Pesero)
terus mencatatkan kinerja yang keminclong. Ini kian memantapkan Divisi
Kuari & Konstruksi PT Dahana (Persero) sebagai market leader
terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar domestik lebih dari 90
persen. Berbagai site-site baru dibuka, baik sektor kuari maupun
konstruksi, kini tersebar hampir merata di seluruh wilayah Kepulauan
Indonesia. Salah satu yang teranyar, divisi yang kini dinahkodai Asep
Maskandar ini kini sedang menggarap site Kuari Belitung, Bangka Belitung.
Belajar Dari Riwayat Keterpurukan BPIS
Dahana, Sempat
terpuruk karena gelombang krisis ekonomi dan masuk dalam sengkarut
pusaran politik, hingga akhirnya harus dilikuidasi pada tahun 2002, tak
lantas membuat Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) sepenuhnya
mati. Tahun-tahun pasca reformasi, sebagai pusat nadi industri strategis
nasional, membuat holdingyang memayungi beberapa BUMN yang
masuk kategori industri strategis nasional ini tak terelakan dari
gejolak ekonomi dan politik saat itu.
Tuesday, May 7, 2013
Tingkatkan Kerjasama, Dahana Sambangi Medco
Dahana, Guna
meningkatkan kerjasama kedua perusahaan yang sudah terbangun lama, Budi
Antono, Direktur Operasi PT Dahana (Persero) menyambangi Presiden
Direktur Medco Group Frila Berlini di Kantornya, di Energy Building
Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.
Gowes Pagi Menembus Belantara Kebun Karet
Dahana, Matahari
belum sepenuhnya menampakan diri. Cahaya tipisnya menyelinap di antara
celah-celah perbukitan yang bergelombang di sisi Timur Energetic
Material Center (EMC) Subang, menyemburat keluar membentuk sekumpulan
langit berwarna jingga keemasan. Pagi itu jarum jam baru menunjukan
pukul 06.00 pagi, saat Fajar Harry Sampurno telah bersiap dengan sepeda
gunungnya. Mengenakan setelan baju senam Dahana dan sepetu kets,
Direktur Utama PT DAHANA (Persero) ini terlihat sudah sangat bersemangat
memulai petualangannya.
Binaragawan yang Menjadi Juru Ledak
Edi Setiadi Karsana, Menjadi
binaragawan sekaligus juru ledak di pertambangan, dua dunia yang
terlampau berbeda. Keduanya hampir tak memiliki korelasi, butuh waktu
lama menjadi seorang binaragawan, bak seorang aktor seperti Ade Ray
dengan otot lengan kekar, dan lekukan perut yang meyakinkan. Sebaliknya,
seorang juru ledak di site pertambangan dituntut bekerja seharian,
bahkan tak jarang hingga 7 hari dalam seminggu. Ditambah lokasi site
yang biasanya jauh di pedalaman, hampir mustahil seorang pekerja tambang
bersentuhan dengan peralatan olahraga di tempat gym.
Namun itu tidak berlaku bagi Edi Setiadi Karsana. Foreman peledakan yang sudah lama malang melintang di dunia bahan peledak label Danfo ini mementahkan anggapan bumi dan langit tersebut. Ayah dua anak ini tetap rajin menyambangi tempat fitness di sela-sela rutinitas peledakan di site Indarung milik PT Semen Padang (Persero) Padang, Sumatera Barat.
Bagi Edi, seminggu tanpa sekalipun menyambangi tempat gym, menjalani rutinitasnya ibarat sayur tanpa garam. “Fitness sudah menjadi hobi wajib, ada kesenangan lahir batin dengan melakukan fitness rutin,” ujarnya. Menurut karyawan yang juga penyuka olah raga sepeda gunung ini, setidaknya ia melakukan olahraga tersebut dua kali dalam sepekan. Seperti tambang semen pada umumnya yang terletak tak jauh dari keramaian kota, membuat pria yang mengawali karirnya sebagai driver direksi ini tak kesulitan menyalurkan hobinya tersebut.
Memutuskan menggeluti olah otot ini membawa pada konsekuensi tersendiri, khususnya perkara makan hingga pola tidur yang ketat. Dua buah telor mentah ayam kampung sudah lama menjadi menu wajib Edi. “Telur untuk menjaga kebugaran dan bentuk otot selama aktivitas fitness,” ungkapnya. Di luar itu, tak ada kiat-kiat khusus untuk menjadi seorang “binaragawan tambang”.
Di tangan Edi, keduanya berjalan seirama, bahkan saling mendukung. Edi meyakini dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. “Kalau kita sehat, kerjaan pun beres,” ujar Edi kepada Dfile. Edi tak sungkan mengajak karyawan lainnya menekuni olahraga yang satu ini, baginya kesehatan merupakan salah satu aset berharga untuk semua perusahaan. Karena secara tidak langsung akan meningkatkan produktifitas kerja karyawan. (IDR)
Namun itu tidak berlaku bagi Edi Setiadi Karsana. Foreman peledakan yang sudah lama malang melintang di dunia bahan peledak label Danfo ini mementahkan anggapan bumi dan langit tersebut. Ayah dua anak ini tetap rajin menyambangi tempat fitness di sela-sela rutinitas peledakan di site Indarung milik PT Semen Padang (Persero) Padang, Sumatera Barat.
Bagi Edi, seminggu tanpa sekalipun menyambangi tempat gym, menjalani rutinitasnya ibarat sayur tanpa garam. “Fitness sudah menjadi hobi wajib, ada kesenangan lahir batin dengan melakukan fitness rutin,” ujarnya. Menurut karyawan yang juga penyuka olah raga sepeda gunung ini, setidaknya ia melakukan olahraga tersebut dua kali dalam sepekan. Seperti tambang semen pada umumnya yang terletak tak jauh dari keramaian kota, membuat pria yang mengawali karirnya sebagai driver direksi ini tak kesulitan menyalurkan hobinya tersebut.
Memutuskan menggeluti olah otot ini membawa pada konsekuensi tersendiri, khususnya perkara makan hingga pola tidur yang ketat. Dua buah telor mentah ayam kampung sudah lama menjadi menu wajib Edi. “Telur untuk menjaga kebugaran dan bentuk otot selama aktivitas fitness,” ungkapnya. Di luar itu, tak ada kiat-kiat khusus untuk menjadi seorang “binaragawan tambang”.
Di tangan Edi, keduanya berjalan seirama, bahkan saling mendukung. Edi meyakini dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. “Kalau kita sehat, kerjaan pun beres,” ujar Edi kepada Dfile. Edi tak sungkan mengajak karyawan lainnya menekuni olahraga yang satu ini, baginya kesehatan merupakan salah satu aset berharga untuk semua perusahaan. Karena secara tidak langsung akan meningkatkan produktifitas kerja karyawan. (IDR)
Monday, May 6, 2013
Dahana Serahkan Bantuan Seperangkat Komputer Kepada Desa Sadawarna
PT
DAHANA (Persero) semakin peduli terhadap masyarakat sekitar perusahaan,
khususnya masyarakat Desa Sadawarna. Melalui Unit PKBL, perusahaan
handak yang berpusat di Subang ini menyerahkan bantuan peralatan
komputer pada Kantor Kepala Desa Sadawarna pada Senin (22/04).
Ganti Komisaris Utama, Dahana “Kembali ke Asalnya”
Jakarta.
Rabu (01/04), Tepat sepekan setelah resmi berganti komisaris utama, PT
DAHANA (Persero) menggelar acara pisah sambut Komisaris Utama. Acara
pisah sambut yang digelar di Hall Bidakara Pancoran Jakarta ini untuk
menyambut komisaris utama yang baru Letjen TNI Budiman, dan melepas
komisaris utama sebelumnya, Eddy Sumarno Siradj yang kini menjabat
sebagai Komisaris Utama di BUMN perkapalan, PT PAL Indonesia, Surabaya.
Budiman yang merupakan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI ini dilantik menjadi Komisaris Utama PT Dahana pada Rabu (24/04) di Kementerian BUMN. F. Harry Sampurno, Direktur Utama PT Dahana menyebut pergantian komisaris utama perusahaan ini sebagai “Kembalinya Dahana ke asal habitatnya”.
Menurut mantan Direktur Keuangan & Pengembangan Usaha PT Dahana ini, Komisaris utama Dahana sejak lahirnya perusahaan pada tahun 1966, posisi komisaris utama hampir selalu dijabat oleh Sekretaris Jenderal Kemenhan. “Ini sesuai dengan sejarah Dahana yang berada langsung di bawah pengawasan Kemeterian Pertahanan,” ujar Harry.
Harry menyebut, posisi komut yang kini dijabat oleh Sekjen Kemenhan ini bisa menjadi momentum penting perusahaan fokus menggarap industri strategis untuk kepentingan nasional, khususnya bahan peledak untuk kemandirian pertahanan dalam negeri.
Bagi Budiman, Dahana bukan BUMN yang asing lagi. Lama berkecimpung di lingkungan Departemen Pertahanan, membuat jenderal bintang tiga ini sudah kerap bersentuhan langsung dengan perusahaan bahan peledak yang lahir dari proyekTNI AU ini. Posisinya sebagai Sekjen Kemhan, membuat beberapa izin kotrak jual beli bahan peledak harus melalui meja kerjanya di Medan Merdeka jakarta. “Dari proposal-proposal bahan peledak itulah saya kenal Dahana,” pungkas Budiman.
Budiman juga mengapresiasi kemajuan Dahana saat sekarang. Mantan Wakasad TNI AD ini menyebut Dahana sebagai BUMN yang berbeda dengan BUMN lainnya. “Tak seperti saudara-saudaranya sesama BUMN, meski terbilang beraset kecil, Dahana justru bisa sembuh dengan cepat dari penyakitnya,” ungkap Budiman. (Idr)
Budiman yang merupakan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI ini dilantik menjadi Komisaris Utama PT Dahana pada Rabu (24/04) di Kementerian BUMN. F. Harry Sampurno, Direktur Utama PT Dahana menyebut pergantian komisaris utama perusahaan ini sebagai “Kembalinya Dahana ke asal habitatnya”.
Menurut mantan Direktur Keuangan & Pengembangan Usaha PT Dahana ini, Komisaris utama Dahana sejak lahirnya perusahaan pada tahun 1966, posisi komisaris utama hampir selalu dijabat oleh Sekretaris Jenderal Kemenhan. “Ini sesuai dengan sejarah Dahana yang berada langsung di bawah pengawasan Kemeterian Pertahanan,” ujar Harry.
Harry menyebut, posisi komut yang kini dijabat oleh Sekjen Kemenhan ini bisa menjadi momentum penting perusahaan fokus menggarap industri strategis untuk kepentingan nasional, khususnya bahan peledak untuk kemandirian pertahanan dalam negeri.
Bagi Budiman, Dahana bukan BUMN yang asing lagi. Lama berkecimpung di lingkungan Departemen Pertahanan, membuat jenderal bintang tiga ini sudah kerap bersentuhan langsung dengan perusahaan bahan peledak yang lahir dari proyekTNI AU ini. Posisinya sebagai Sekjen Kemhan, membuat beberapa izin kotrak jual beli bahan peledak harus melalui meja kerjanya di Medan Merdeka jakarta. “Dari proposal-proposal bahan peledak itulah saya kenal Dahana,” pungkas Budiman.
Budiman juga mengapresiasi kemajuan Dahana saat sekarang. Mantan Wakasad TNI AD ini menyebut Dahana sebagai BUMN yang berbeda dengan BUMN lainnya. “Tak seperti saudara-saudaranya sesama BUMN, meski terbilang beraset kecil, Dahana justru bisa sembuh dengan cepat dari penyakitnya,” ungkap Budiman. (Idr)
Meroketkan Dahana Lewat Industri Roket
Tahun
1999 hingga 2008, bisa jadi merupakan tahun-tahun paling suram yang
dilewati sektor pertahanan Indonesia. Selama satu dekade, Indonesia
dijatuhi sanksi embargo militer karena dianggap melakukan pelanggaran
HAM di Timor Leste, efeknya luar biasa, negara ini tak mampu memasok
kebutuhan alutsista untuk menjaga kedaulatan wilayahnya. Ini lantaran
hampir semua peralatan pertahanan, dan pendukungnya saat itu dipasok
dari impor.
Efeknya luar biasa. Berbagai pesawat misalnya, harus “dikanibal” untuk memperbaiki bagian pesawat lainnya agar bisa tetap terbang, karena nihilnya suku cadang yang dipasok dari luar negeri. Hal serupa terjadi hampir pada semua penunjang pertahanan, salah satunya propelan, bahan utama pendorong semua jenis roket yang dibuat saat ini, juga tak luput dari jenis alutsista yang diboikot. Ketiadaan propelan membuat roket dalam negeri menjadi onggokan barang rongsokan.
Pengalaman masa sulit tersebutlah yang kemudian mendorong pemerintah, menggandeng sejumlah BUMN Industri Strategis untuk serius menggarap proyek kemandirian alutsista. Program sinergi apik tesebut mulai menunjukkan hasilnya, beberapa BUMN yang ditunjuk mampu membuat sendiri beberap alutsista yang dibutuhkan, atau membuat alat pendukung untuk alutsista yang dibuat BUMN lainnya.
Adalah PT DAHANA (Persero) yang kemudian secara khusus mengemban tugas menjadi pionir industri peropelan pertama di dalam negeri. Jauh sebelumnya, BUMN handak ini “kebagian tugas” sebagai pembuat sekaligus pengisi handak untuk berbagai roket dan bom pesawat tempur latih. Maka, proyek industri propelan yang rencananya akan dibangun sinergis di lahan Energetic Material Center (EMC) ini, bisa menjadi batu loncatan PT Dahana (Persero) berperan lebih besar dalam ketahanan nasional.
Propelan bernilai sangat strategis. Propelan tak hanya mampu menjadi barang komplementer dalam industri alutsista, lebih jauh menjadikan Indonesia mampu unjuk gigi dalam kompetisi di ruang langit yang diarahkan pada kemandirian pembuatan dan peluncuran satelit luar angkasa. Semua itu tak dapat dicapai tanpa adanya kemandirian propelan di masa mendatang, yang kini mulai dirintis selangkah demi selangkah oleh PT DAHANA (Persero).
Tentunya bagi BUMN yang ditukangi oleh F. Harry Sampurno ini, pertimbangan bisnis menjadi yang nomor dua dalam proyek ini. Jauh hari, PT DAHANA (Persero) telah bertekad menjadi salah satu gerbong dalam industri yang menunjang kemapanan negara dalam bahan peledak. Tak cukup hanya menjadi perseroan yang bonafid untuk negara, namun menjadi perusahaan yang selalu berprinsip pada “serving the nation better”.(IDR)
Efeknya luar biasa. Berbagai pesawat misalnya, harus “dikanibal” untuk memperbaiki bagian pesawat lainnya agar bisa tetap terbang, karena nihilnya suku cadang yang dipasok dari luar negeri. Hal serupa terjadi hampir pada semua penunjang pertahanan, salah satunya propelan, bahan utama pendorong semua jenis roket yang dibuat saat ini, juga tak luput dari jenis alutsista yang diboikot. Ketiadaan propelan membuat roket dalam negeri menjadi onggokan barang rongsokan.
Pengalaman masa sulit tersebutlah yang kemudian mendorong pemerintah, menggandeng sejumlah BUMN Industri Strategis untuk serius menggarap proyek kemandirian alutsista. Program sinergi apik tesebut mulai menunjukkan hasilnya, beberapa BUMN yang ditunjuk mampu membuat sendiri beberap alutsista yang dibutuhkan, atau membuat alat pendukung untuk alutsista yang dibuat BUMN lainnya.
Adalah PT DAHANA (Persero) yang kemudian secara khusus mengemban tugas menjadi pionir industri peropelan pertama di dalam negeri. Jauh sebelumnya, BUMN handak ini “kebagian tugas” sebagai pembuat sekaligus pengisi handak untuk berbagai roket dan bom pesawat tempur latih. Maka, proyek industri propelan yang rencananya akan dibangun sinergis di lahan Energetic Material Center (EMC) ini, bisa menjadi batu loncatan PT Dahana (Persero) berperan lebih besar dalam ketahanan nasional.
Propelan bernilai sangat strategis. Propelan tak hanya mampu menjadi barang komplementer dalam industri alutsista, lebih jauh menjadikan Indonesia mampu unjuk gigi dalam kompetisi di ruang langit yang diarahkan pada kemandirian pembuatan dan peluncuran satelit luar angkasa. Semua itu tak dapat dicapai tanpa adanya kemandirian propelan di masa mendatang, yang kini mulai dirintis selangkah demi selangkah oleh PT DAHANA (Persero).
Tentunya bagi BUMN yang ditukangi oleh F. Harry Sampurno ini, pertimbangan bisnis menjadi yang nomor dua dalam proyek ini. Jauh hari, PT DAHANA (Persero) telah bertekad menjadi salah satu gerbong dalam industri yang menunjang kemapanan negara dalam bahan peledak. Tak cukup hanya menjadi perseroan yang bonafid untuk negara, namun menjadi perusahaan yang selalu berprinsip pada “serving the nation better”.(IDR)
Subscribe to:
Posts (Atom)